Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Semua Memiliki Kesempatan untuk Kembali

Tahun 2015 hampir pada penghujungnya. Apa yang sudah saya capai? adalah pertanyaan yang kerap mampir dalam pikiran saya. Tahun ini banyak hal yang terjadi, selain sakit yang membuat aktifitas saya menjadi terbatasi adalah kedekatan saya bersama beberapa orang yang ingin saya abaikan kehadirannya di tahun lalu. Dan kembalinya, dia (baca mantan) menjadi teman bercerita, nonton atau membicarakan hal yang tidak penting lagi. Kami mulai sering bertemu anggap saja seperti itu, jika satu bulan sekali kami masih menyempatkan untuk nonton itu dianggap sering. Mungkin hal itu bisa dibilang sering, untuk dua orang yang telah memutuskan berpisah. Atau hal itu biasa saja? Awalnya saya tidak percaya bisa kembali haha..hihihi, lagi dengannya. Mengingat sejak memutuskan berpisah dengannya dan saya memutuskan tinggal di kota Malang, saya tidak pernah sekalipun bertemu dengannya. Meski saya masih menyimpan semua kontaknya, saya masih terhubung di semua akun media sosialnya. Waktu itu saya hanya ing

Kepada Rindu Yang Tidak Bisa Diam

Kepada kamu Selalu ada waktu untuk mengenangmu tanpa ada gangguan. Tanpa nyinyir, mengapa masih ada rindu meski lama kita berpisah. Tanpa ada tapi, dan mengapa. Sesederhana aku merindukanmu. Iya, aku merindukan kamu yang selalu membuat aku menunggu. Membuat aku gemar menghitung hari, meski seringkali aku kecewa. Rinduku tak berakhir sua. Iya, aku merindukanmu yang seringkali membuatku menangis. Yang diakhir kita bertemu, aku mengutukmu sebagai lelaki tak berperasaan. Membiarkan aku pergi, tanpa memintaku untuk bertahan. Aku merindukanmu. Merindukanmu Merindukan kita. Malang, 17 November 2015.

Semua Orang Akan Berubah

Kamu berubah. Masak sih? Iya... Itu adalah penggalan obrolan saya dengan seorang teman lama, jika memang bisa dibilang seperti itu. Kami sudah mengenal sejak lama, saya sempat menyimpan rasa padanya. Karena sadar diri, waktu itu saya memilih mundur. Dulu dia mengenal saya sebagai seorang yang pendiam, kutu buku, jauh dari kata gaul, dan tomboy. Mungkin sederet alasan itu yang membuatnya sulit untuk mengetahui dan membaca perasaan saya. Dan entah sekarang saya bersyukur dia tidak pernah menyadari itu. Akhirnya, saya hanya menjadi teman baiknya, teman diskusinya, tentang cinta dan citanya. Saya? Tetap sebagai si cewek kurang gaul, karena yang ia tahu teman saya ya itu-itu saja. Sama sekali tidak populer. Jauh dari kriteria cewek yang pantas untuk diajak  sebagai pendamping wisuda. Hehehe, bukankah pencapaian pacaran jaman kuliah sampai itu saja? *kemudian dirajam* Sampai kemarin kita reuni kecil-kecilan, saat dia dinas ke kota ini. Dia melihat saya yang sekarang, dia berkata sa

Ke Mana Saja?

Ke mana saja? adalah pertanyaan yang sering kali diutarakan teman-teman saya. Ada yang sekedar iseng, atau memang penasaran ke mana saja saya dua bulan terakhir ini. Jadi pembaca blog ini ada yang penasaran ke mana saja saya, beberapa bulan ini? baiklah, meski tidak ada yang bertanya, saya akan tetap bercerita *milin kumis*. Setelah sibuk dengan pekerjaan baru saya, yang meski freelance lumayan menyita sedikit waktu senggang saya maka blog ini terbengkalai. Tidak ada satu pun postingan yang mampir di blog ini. Meski saya lebih produktif menulis dibanding hari-hari lalu. Dan dua bulan terakhir, ada hal serius yang membuat saya benar-benar total menghindari blog ini. Saya sakit. Akhir agustus adalah awal mula saya drop, demam menjadi langganan saya. Dan nyeri di dada membuat aktifitas saya benar-benar dibatasi. Bagaimana tidak, capek sedikit demam dan sakit di kepala saya benar-benar tidak bisa dihindari. Maka selama Agustus-September, kencan dengan dokter adalah rutinitas haria

My Other Job.

Ceritanya saya menerima tawaran untuk menjadi content writer freelance, di sebuah media online. Ada bebarapa konten yang harus saya handle. Meski freelance, hecticnya enggak ngalahin pekerjaan utama saya. Iya, yang biasanya saya berkubang dengan debit dan kredit kali ini saya berhubungan dengan dunia menulis. Dunia yang telah lama saya idamkan, yang biasanya saya sambangi sekali dua kali dalam seminggu saja. Itu pun tidak rutin. Semua berawal dari CV saya yang mampir di meja redaksi akhir Agustus tahun lalu, dan saya sempat dipanggil untuk tes di awal September. Karena tidak ada kabar, saya akhirnya mengiyakan tawaran di kantor saya saat ini. Ternyata, sang editor yang sempat mewancarai saya setuju meng hire saya. Bulan Oktober, saat saya hectic dengan kerjaa di kantor saya sekarang, editor tersebut menelpon saya mengatakan saya diterima bekerja di media online tersebut. Antara senang dan bingung jadi satu, senang ternyata saya diterima bingung karena saat itu saya sudah bekerja

Kafe Pustaka, sembari ngopi membangun literasi.

Saya mendengar kafe ini ketika dapat undangan dari Mas Denny teman dari komunitas Pelangi Sastra, Malang untuk datang ke acara bedah buku Kata Kota Kita. Karena rasa penasaran dengan wujud Kafe Pustaka ini maka saya mengiyakan tawaran Mas Denny untuk datang ke acara, sekaligus mewakili Klub Buku Malang.  Kafe Pustaka, berada di dalam areal kampus Universitas Negeri Malang. Tempatnya persis disebelah Gedung Perpustakaan Pusat UM. Gedung yang dipakai Kafe Pustaka merupakan gedung bekas pojok BNI yang barada persis di depan FE UM. Jam buka kafe Pustaka ini mengikuti jam pelayanan perpustakaan pusat. Sempat sedih, karena sudah membayangkan tiap minggu bisa mojok di kafe ini harus saya tangguhkan. Lalu apa istimewanya Kafe Pustaka ini? selain menunya harga mahasiswa banget mulai 3rb – 10rb saja. Kafe Pustaka ini merupakan tempat nongkrong seru seniman muda kota malang. Di Kafe Pustaka, selain mendapat sajian minuman dan cemilan dengan harga merakyat teman-teman juga dapat menikmati f

Mengunjungi Alice, di Alice Tea Room.

Jadi beberapa minggu lalu, saya dan Wigi berkunjung ke kafe yang baru buka tanggal 9 juni 2014 lalu. Dari rasa ingin tahu, ketika salah satu teman mejeng foto kece yang katanya merupakan salah satu sudut dari kafe yang bertema Alice in Wonderland. So cutie Dan benar sekali, kafe yang berada di jalan Rinjani, no. 5 Malang ini benar-benar eye catching dan photoable. Sejak masuk ke Alice Tea Room, saya benar-benar diajak ke dunia Alice. Kursi-kursi yang ditata dengan warna candy, membuat kesan kafe ini girly dan manis. Ada nakas yang bertema Paris, dan satu photo both, yang bisa digunakan sebagai tempat narsis di halamannya. Jika kalian hobi, foto-foto tempat ini saya rekomendasikan :D Cheers and take a selfie. Selain di halaman kita juga dapat memilih duduk di dalam ruangan, nuansanya masih tetap sama cutie dan dekorasinya tidak kalah girly dengan yang ada di halaman. Soal pilihan menu, jangan khawatir Alice Tea Room banyak memiliki menu. Karena konsepnya Tea

Aku yang sedang berpura-pura untuk melupakanmu.

Selamat malam kamu, yang mungkin sedang memeluk wanitamu. Yang mungkin sedang menyesap cokelat hangat kegemaranmu. Kamu yang pernah kucintai dengan terlalu, Kamu yang pernah kutangisi saat memutuskan untuk membenciku, Kamu yang tak pernah sanggup termiliki. Malam ini aku sedang mengingatmu, Lewat hujan yang turun di bulan juni ini. Tuhan tak pernah menulis ‘jodoh’ pada takdir kita; Meski kita pernah bersinggungan, Meski aku pernah begitu menginginkanmu. Meski aku selalu menyebutmu dalam doa-doaku. Selamat bertambah usia, kasih tak tersampaikanku. Aku merindukanmu. Malang, 4 Juni 2015. 

#TantanganMenulis no. 2; Serenade.

A piece of music sung or played in the open air, typically by a man at night under the window of his lover. Kalau ditanya apakah dinyanyikan sebuah lagu membuatku jatuh cinta? jawabnya adalah tidak, malu iya. Entah malunya kenapa. Saya adalah sepersekian persen cewek yang sedikit risih kalau ada yang bersikap romantis di depan saya, entah itu pasangan atau hanya gebetan. Tapi ada satu orang dulu yang nekat menyanyikan sebuah lagu untuk saya, lengkap dengan genjrengan gitarnya. Di tengah malam saat saya sudah mulai mengantuk, dia adalah W, sebut saja begitu. Waktu itu masih ingat saya masih unyu-unyunya, memasuki semester tiga, jadi enggak salah kan kalau saya bilang masih unyu? *okay abaikan* Jadi W ini, adalah cowok yang ceritanya lagi PDKT dan dia termasuk cowok yang paling pantang menyerah. Entah ada angin apa W, tiba-tiba menelpon tengah malam saat kita lagi asyik SMS an enggak jelas. Iya, enggak jelas dia adalah cowok yang paling sabar ngeladeni obrolan absurd saya. Dia SMS.

PLUVIOPHILE

Aku selalu menyukai aroma hujan; maka aku berniat mengemasnya dalam botol kaca ini. Botol kaca yang seminggu lalu masih penuh dengan selai coklat kacang kegemaranmu; dan boleh aku masih menyebutnya sebagai kegemaran kita? Katamu hujan adalah kenangan tentangku, sebenarnya salah. Hujan adalah tentang kamu, yang kucintai tapi tak pernah sanggup aku miliki. Nyaliku sebesar biji sawi, kecil untuk sekedar mengucap bahwa aku pun mencintaimu sama besar atau mungkin lebih besar daripada cinta yang kamu berikan padaku. Aku menggenggam botol kaca ini, memandangnya dengan tatapan dalam seakan aku melihat deretan drama satu babak yang menceritakan tentang kita. Bukan kita tetapi kamu. Selai coklat kacang yang dioleskan di selembar roti tawar dan satu cangkir kopi tanpa gula, adalah menu sarapan favoritemu. Pagimu tak pernah lewat dari menu itu. Dan tentu saja ada aku yang bercerita tentang banyak hal menemanimu di sudut pantri. Rutinitas pagi, yang oleh mereka sebut sebagai kencan. Aku tak pe

Menertawakan Patah Hati

Mari kita tertawa. Menertawakan tentang hal yang pernah kita anggap menyedihkan. Tentang cinta yang tak berestu, tentang rindu yang tak bertuan, atau tentang mimpi yang mengabu. Mari kita tertawa. Menertawakan hal-hal yang pernah membuat kita makan tak enak, tidur tak nyenyak. Tentang kita yang pernah saling mencintai, lalu membiasakan diri menganggap tak saling mengenal. Tentang kita yang berada pada satu linimasa dan tak bertegur sapa. Tentang kita yang berada pada bumi yang sama dan saling mendiamkan. Tentang kita yang saling merapal rindu tapi tak kuasa menyampaikan. Bukan tak ingin; Kita tak pernah sanggup, menentang semesta yang menginginkan kita tiada. Kita tak pernah sanggup, untuk benar-benar baik saja. Aku mencintaimu, pun kamu. Tapi semesta tak pernah menginginkan kita ada. Malang, 20 Februari 2015.

Satu hari di Candi Badut dan Candi Jago.

Perjalanan saya bersama partner of crime saya kali ini berbeda. Jika biasanya kita memilih berkeliling tempat nyentrik di sekitaran kota, kali ini kita ingin menyusuri Malang dari Jaman Singosari. Maka disinilah kami, memilih Candi Badut dan Candi Jago sebagai destinasi liburan hore kita kali ini. Pagi itu, dengan diiringi gerimis kami menumpangi angkot AT untuk menuju Tidar, lokasi Candi Badut. Ternyata tak sulit untuk menuju lokasi, dari pangkalan AT kita lurus saja berjalan kurang dari 100 meter kita akan menemui papan nama menuju Candi Badut. Lokasi Candi Badut berada persis di lingkungan perumahan warga, jadi aksesnya pun mudah. Penampakan Candi Badut Untuk masuk ke area Candi, kita tidak dipungut biaya alias gratis. Ukuran Candi Badut tidak terlalu besar, ada satu bangunan selain bangunan utama Candi Badut yang mirip petilasan yang ada di Candi Tikus, Trawulan. Sayangnya tidak ada papan keterangan yang menunjukkan bangunan itu fungsinya apa. Me !! Di area d