Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2013

(last) Memories.

Memories just memories @perihujan_   “Apa kabar?” Aku menemukan satu pesan offline di messengerku. Pesan darimu, ragu aku membalasnya. Antara gengsi dan niat untuk sekedar memberitahu bahwa aku baik-baik saja, meski tanpamu. Tapi gengsiku terlalu tinggi, dan aku memilih untuk menghapus pesan darimu. Kamu, biarkan aku lupa. Malang hari ini mendung, mungkin saja hujan akan segera turun. Seminggu ini hujan setia membasuh Malang yang kian pengap. Sepertinya ia tahu, aku perlu banyak hujan agar ngiluku segera menghilang. Aku mengaduk choco perfaitku. Masih teringat sehari setelah kita memutuskan berpisah, apa kita? Kurasa ini hanya keinginanku saja. Aku yang lelah dengan jarak yang semakin lama semakin jauh. Malam itu kamu berkali-kali mengatakan hal yang sama, mengapa? Ah, iya mengapa kita yang selalu tampak baik-baik saja harus berpisah, mengapa kita yang selalu menabahkan jarak dengan doa akhirnya menyerah? Dan entah berapa mengapa lagi yang kau utarakan. Te

Berkata TIDAK.

TIDAK!!! seandainya saya begitu mudah mengatakan penolakan itu, seandainya saya semudah seperti menuliskannya saat saya harus mengucapkannya. Saya orangnya lebih 'mendem jero' lebih memilih menyakiti perasaan saya ketimbang, melihat rasa kecewa orang terdekat saya. Lebih baik berkata gak papa meski ada apa-apa. Terkadang capek juga menjalani hal-hal yang sama sekali bukan menjadi keinginan saya, menolak hal-hal yang bukan saya inginkan. Mengatakan kepada semuanya bahwa saya sedang tidak baik. Mungkin sikap saya ini tidak hanya membuat beberapa orang kecewa, tetapi termasuk Dia.

Rendezvous

Biarkan aku berbahagia dengan sendiriku, meski aku tahu bersamamu aku akan jauh lebih baik -- @perihujan_ Aku meletakkan segelas Iced coffee dan French fries di meja paling pojok di warung laba ini. Meja yang berada di dekat kaca lantai dua, tempat yang aku pilih untuk melihat riuhnya Malang pada malam hari. Seperti malam ini, dan malam sebelumnya. Ketika aku membutuhkan sendiri. Aku mengaduk Iced coffee ku, dan meraih hanphoneku lalu membuka aplikasi foursquare untuk check in. ‘I am at MCD Kayutangan, Malang – East Java’ Kebiasaan yang selalu aku lakukan ketika aku berkunjung di suatu tempat. Tak peduli, meski tak akan ada satu pun yang peduli aku berada di mana. Aku membuka akun twitterku, beberapa akun menghiasi lini masaku. Salah satunya kamu. Aku membuka akun twittermu dan memulai menjadi stalker , kegiatan yang tanpa kusadari menjadi rutinitas sejak dua bulan ini. Sejak kamu menjadi rutinitasku. Seperti yang sering kali kukatakan padamu, tak ingin tahu

Ketika (harus) lupa.

Beberapa hari ini dipaksa untuk lupa, tentang beberapa hal salah satunya tentang kamu. Kamu yang menumpuk di balik meja belajarku, di sela rak-rak bukuku, di antara agenda kegiatan. Kamu. Beberapa hari ini dipaksa untuk terbiasa, tentang beberapa hal yaitu kesibukan. 'Tuhan sedang memintaku untuk sejenak menaruh semua hal tentangmu ditempat paling bawah.' Agar aku tahu, melupakanmu mungkin akan menjadi biasa bagiku, Agar aku tahu, merelakanmu untuk menjauh dariku menjadi hal mudah bagiku, Agar aku tak terlalu sakit. Tuhan begitu menyayangiku.