Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2012

The Rainy Day

Selamat datang musim hujan :) Saya menyukai hujan, menyesap bau yang diciptakannya ketika ia terjatuh di tanah. Maka ketika hujan turun, saya akan menghirup aroma itu lama. Menyimpannya penuh dalam otak saya, jika saya merindukannya cukup membuka memori tentang itu. Saya menyukai hujan, menggurat namanya di kaca yang mengembun. Sepertinya hujan pun meresonansi semua kenangan tentangnya. Kenangan saat saya memutuskan untuk bersamanya. Kenangan saat saya bersembunyi dibalik punggungnya sore itu. Saya menyukai hujan, melihatnya jatuh menghempas bumi. Menerka-nerka apakah ia sempat bertanya tentang alasan ia dihempaskan di bumi? ah, lagi-lagi semua ini membuat saya tersadar manusia adalah makhlukNya yang banyak maunya. Dan terlalu 'manja' Saya menyukai hujan, tempat saya menikmati setiap tariannya yang menyerupai bayangan orang-orang yang saya sayangi. Tempat saya mengadu pada sebuah kata rindu, yang mungkin saja dapat tersampaikannya. Saya menyukai hujan, yang mampu menya

Prolog ( Ailya|Melia )

P agi ini terlalu cerah untuk memaknai pagiku yang berawan. Aku melihatmu dari pantulan kaca yang melapisi meja makan kita. Meja makan yang selama tiga tahun ini menemani kita sarapan dan makan malam yang sering kita lewatkan dalam diam enam bulan terakhir ini. Kamu terlihat seperti biasa pagi ini. Seperti pagi-pagi yang kita lewati bersama selama tiga tahun pernikahan kita. Kamu memutar pinggiran roti bakar keju dengan sedikit taburan gula di atasnya, entah mengapa pagi ini aku membuatnya terlalu gosong. Mungkin kamu sedang sibuk memikirkan kira-kira sebelah mana kamu memulai untuk memakannya, agar gosongnya tak terlalu berasa pahit.  Seharusnya kamu protes dengan hidangan sarapan kali ini, bukankah kamu dulu sering begitu? Protes ini dan itu, meski pada akhirnya tetap kamu makan juga nasi goreng keasinan itu atau roti bakar yang hampir separruhnya gosong.   Dan aku akan tersenyum manja ke arahmu, ketika kamu menghabiskan menu sarapanmu. Dan kamu tak akan tahan untuk tidak me

Seandainya ( Episode spesial #AilyaMelia )

Aku tak setabah yang kamu kira, percayalah aku masih sama seperti gadismu dulu. Rapuh, yang berpura-pura tegar @perihujan_ Aku menyodorkan mangkuk berisi sereal coklat, menu sarapan kegemaran Kayla kearahnya. Matanya masih merah, sisa tangisnya masih begitu jelas. Aku yakin ia semalaman menangis. “ Nanti mama gak bisa menjemput kamu latihan balet. Kamu pulangnya ikut jemputan ya? “ kataku pelan, sambil memotong roti bakarku menjadi beberapa bagian. Kayla tak menjawab, mulutnya bungkam. Aku tahu dia kecewa, dia marah.  Maafkan mama, Kayla. Semalam adalah peretngkaran terhebat kami. Dan sampai detik ini aku masih dirudung penyesalan. Membuat bidadariku menangis. Tapi, Kayla harus mengerti bahwa semua keinginannya tak harus terwujud. Ia harus belajar kecewa. *** “ Ma, tanggal 14 nanti kelas Kayla ada belajar bersama orang tua. Kayla ingin mama dan papa datang. Bisa kan? “ ucapnya takut-takut. “ Tidak “ kataku singkat. “ Kenapa? “ protesnya. “ Papa sibuk. Biar

When... ( #140-2 )

Ketika otakku terlalu bodoh untuk sekedar lupa bahwa aku dan kamu tak lagi kita @perihujan_ Di sebuah ruang tunggu terminal, 16.00 wib Lupa, itulah kata yang sedang berusaha kutanamkan dalam otakku. Melupakanmu adalah misi terbesarku. Akankah mungkin? Sementara, sejak aku menginjakkan kaki di kota ini aku tak pernah lelah menyusuri semua kenangan tentangmu. Mengunjungi tempat yang berjejak kita. Ah, rasanya sudah lama tak menyebut kata kita. Sejak aku dan kamu memutuskan untuk berjalan sendiri-sendiri. Seperti saat ini, aku duduk di ruang tunggu terminal. Dulu sebulan sekali bahkan tiap minggu kamu selalu menyambut kedatanganku dan mengantar kepergianku ke kotaku. Kamu tahu, rindu telah dimulai sejak kamu mengucap “ baik-baik ya disana, sms saja kalau sudah sampai “. Kamu selalu mengatakan, meski raga kita berjarak jangan biarkan hati kita berjeda. Saat aku mulai lelah, bosan dan mengadu dengan rindu. Tapi jarak yang dulu menguatkan kita adalah alasan yang k

Ini Rindu, Kamu? ( #140 – 1 )

Aku memainkan scroll pada linimasaku, tak kutemui twit satupun dari dia. Iya, dia salah satu akun yang kugemari selama setengah tahun ini. Twitnya adalah salah satu alasanku untuk rajin bertandang di lapak 140 karakter ini. Bukan untuk ikut riwil di twitter tapi hanya memastikan apakah dia baik-baik saja. Bagiku twitnya adalah kabar bahwa dia baik-baik saja, meski tanpa mention sekalipun.  Aneh memang,padahal mention darinya untukku   tak genap seratus jika ditotal sejak pertemuan kami di kerajaan 140 karakter. Kami hanya saling follow, dan kebetulan berada pada satu komunitas. Kami tak pernah terlibat kehebohan berbalas mention di linimasa. Aku hanya pengagum rahasianya. Dan mungkin benar, inilah rasanya sepihak. Sakit. Sebenarnya mudah saja aku mendapatkan kabar tentangnya, aku memiliki nomor handphonenya yang kudapatkan saat ia meminta alamat untuk pengiriman buku sebagai hadiah karena sering kelewat riwil pada proses produksi buku kumpulan ceritanya. Tentu saja muda