Langsung ke konten utama

When... ( #140-2 )




Ketika otakku terlalu bodoh untuk sekedar lupa bahwa aku dan kamu tak lagi kita @perihujan_


Di sebuah ruang tunggu terminal, 16.00 wib

Lupa, itulah kata yang sedang berusaha kutanamkan dalam otakku. Melupakanmu adalah misi terbesarku. Akankah mungkin? Sementara, sejak aku menginjakkan kaki di kota ini aku tak pernah lelah menyusuri semua kenangan tentangmu. Mengunjungi tempat yang berjejak kita. Ah, rasanya sudah lama tak menyebut kata kita. Sejak aku dan kamu memutuskan untuk berjalan sendiri-sendiri.

Seperti saat ini, aku duduk di ruang tunggu terminal. Dulu sebulan sekali bahkan tiap minggu kamu selalu menyambut kedatanganku dan mengantar kepergianku ke kotaku. Kamu tahu, rindu telah dimulai sejak kamu mengucap “ baik-baik ya disana, sms saja kalau sudah sampai “.

Kamu selalu mengatakan, meski raga kita berjarak jangan biarkan hati kita berjeda. Saat aku mulai lelah, bosan dan mengadu dengan rindu. Tapi jarak yang dulu menguatkan kita adalah alasan yang kamu pilih untuk memutuskan pergi. Tak jodoh? Kamu terlalu jika mengatakan keadaan itu demikian.
Katamu, tanaman untuk hidup tak hanya memerlukan air. Ia juga memerlukan pupuk dan juga sinar matahari.  Dan ketika daunnya mulai menguning ia perlu dibantu untuk mematahkannya, agar tunas yang baru lekas tumbuh.

Aku yang berjarak, tak pernah mampu melakukannya.

Aku masih berusaha menjadi teman terbaikmu, masih setia menunggu kicauanmu di linimasa. Bagiku, kicauanmu adalah kabar bahwa kamu baik-baik saja. Meski tak satupun mention mampir pada akunku.
Bodoh, dan aku menyadarinya. Aku tak pernah punya alasan untuk membencimu atau untuk berhenti mencintaimu.

Senja mulai menguning, saat aku meraih gangetku. Memeriksa riuh linimasa yang penuh dijejali twit dengan tagar puuisi senja. Ah, senja adalah modus para pujangga untuk merangkai patah hati, rindu dan cinta.
Scroll gangetku berhenti pada salah satu twit dan itu kamu;

Waktu yang sama, tempat yang sama tapi tanpamu.

Aku mengerutkan dahi, berasumsi. Ah, berasumsi dengan twit ternyata menyiksa. Aku memasukkan gangetku pada tas. Melihat antrian bus antar kota berbaris rapi, suara teriakan petugas terminal mengumumkan kedatangan dan keberangkatan bus yang beradu dengan suara penjaja makananan dan minuman. Suasana inilah yang hampir enam bulan ini selalu aku rindukan. Aku menghela nafas.

Bus berwarna putih itu berhenti tepat di depanku. Para calon penumpang berebut untuk masuk. Aku tersenyum, ingatanku kembali padamu. Dulu, kamu selalu ikut berlari saat bus yang aku tunggu datang. Memilihkan tempat duduk yang nyaman untukku. Dan kamu akan melambaikan tangan saat kamu telah menemukan tempat yang nyaman untukku. Aku dengan tersenyum menuju kearahmu, dan saat aku sudah duduk kamu akan mengacak rambutku, “ hati-hati ya “. Lalu kamu turun dan tetap berdiri, menunggu bus yang membawaku menjauh.

Seperti yang dilakukan lelaki ini, lelaki yang berdiri tak jauh dariku.

Dia?

Semoga itu bukan kamu. Meski asumsiku tak pernah salah jika hal itu berhubungan denganmu.


Gambar diambil dari google.com 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berlibur ke Malang Selama 24 Jam? Berikut Tempat yang Wajib Kamu Kunjungi

Kota Malang memang penuh daya tarik maka tidak heran jika setiap hari selalu saja wisatawan yang datang untuk berkunjung ke kota ini. Malang memang berbeda, meskipun di beberapa tempat mulai macet tidak mengurungkan niat pecintanya untuk berkunjung. Jika kamu berniat berkunjung ke kota Malang hanya sehari, itenary ini bisa menjadi pertimbangan buatmu. Yuk, mari! 06.00 – 07.30, Jalan Kawi Mengisi perut dengan sajian khas kota Malang bisa menjadi alternatif buat kamu. Salah satu yang khas dari kota Malang adalah Pecel Kawi, yang berada di Jalan Kawi. Jika kamu tidak seberapa suka Pecel, di sepanjang jalan Kawi banyak kuliner lainnya. Lokasinya pun masih satu tempat dengan Pecel Kawi, ada Nasi Buk Madura, Widuri yang menyediakan masakan campur, dan Nasi Krawu. 08.00-10.00, Alun-Alun Puas dengan sarapan khas kota Malang. Kamu bisa mencari angkot LG menuju arah pusat kota. Ada Alun-alun, dan Tugu 0 kilometer di bawah jembatan penyebrangan. Tidak perlu khawatir, di alun-alun

Hari Bersama Sheila On 7, Pengalaman Pertama Nonton Konser

Tanggal 22 September 2016 adalah hari bersejarah buat saya. Bukan, saya tidak mendapat promosi jabatan atau Partner akhirnya melamar saya. Tapi pada tanggal tersebut saya berkesempatan untuk nonton konser. Yeay! Umur yang hampir menginjak angka 30, baru kali ini saya menonton konser. Hahaha. Norak? Iya, biarin. Yeay..foto dulu sebelum nonton konser | c: @perihujan_ Berawal dari rasa kecewa karena batal ke Jakarta, akhirnya saya menerima ajakan teman untuk nonton konser Sheila On 7 di Graha Cakrawala UM pada tanggal 22 September kemarin. Saya datang ke konser tanpa ekspektasi apa pun. Hanya saja sepanjang hari, di kantor saya memutar lagu-lagu Sheila On 7 sekedar mengingat lagu-lagu mereka kembali. Yeah, saya memang agak buruk soal musik. Selain suara sumbang saya, enggak ada yang dapat saya banggakan dari pengetahuan musik saya. Jika menurut jadwal acara, Sheila On 7 seharusnya mulai naik panggung pukul 9 malam. Tapi nyatanya hingga hampir pukul 10 malam, Duta dan g

Menjadi Beauty Vlogger Dadakan

Bekerja di media membuat saya belajar banyak hal, termasuk menjadi artis dadakan untuk mengisi konten video. Sudah 2 kali wajah saya muncul di chanel youtube vemale. Pertama video DIY membuat amplop lebaran dan kedua adalah video campaign #MyBodyMyPride . Di kedua video itu tidak ada satu pun yang mewajibkan saya bicara, saya cukup senyum-senyum depan kamera, dan semuanya beres. Tapi berbeda dengan konten video kali ini, selain bergaya dan senyum-senyum manis, saya juga harus bicara. Ok, karena kali ini saya harus mereview lipstik. OK LIPSTIK. Jeder!  Sebenarnya tidak masalah saya harus sok manis di depan kamera. Tapi ini saya harus memakai lipstik dan mereviewnya? Oh. Ok, saya memang cewek tapi kalau urusan makeup angkat tangan. Pakai bedak pun sudah syukur. Meskipun sekarang  sudah mau pakai skincare meskipun sekadar pembersih wajah dan pelembap. Anggap saja itu satu kemajuan. Dan sekarang saya harus mereview lipstik,dan bergaya di depan kamera. Cuap-cuap istilah lipstik, duh ra