Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2014

Pilihan.

Kemarin sore saya ditelpon Ibu, rutinitas yang kerap dilakukan Ibu semenjak saya meninggalkan kota Pasuruan. Sedikit banyak Ibu merasa khawatir dengan saya, meski kota yang saya tempati sekarang bukanlah tempat yang asing bagi saya. Bahkan, telah menjadi rumah kedua bagi saya.  Bercerita tentang hal yang saya lewati seharian adalah menjadi hal yang biasa sejak saya tak lagi di Pasuruan, Ibu juga kerap menanyakan bagaimana dengan perasaan saya karena tinggal dan menetap di kota yang sama dengan orang yang pernah mengisi hari-hari saya. mungkin Ibu khawatir jika nantinya saya berniat kembali bersama ia yang kehadirannya tak pernah mendapat restu. Hahahaha. Ibu hanya khawatir, dan saya mengerti itu. Ini kedua kalinya saya resign dan saya merasa ini adalah proses yang paling dramatis. Mengapa demikian? Iya, karena dengan saya resign dari kantor saya pun harus meninggalkan kota Pasuruan yang telah enam tahun menemani saya. Saat saya memutuskan untuk tinggal di kota ini (lagi) setelah

Berkunjung ke surga di balik bukit.

Jika bersama lebih baik, mengapa kamu memilih sendiri? --- @_yulesta. Sabtu kemarin, tanggal 13 September 2014 saya bersama dua belas teman saya memutuskan berkunjung ke Jember. Menikmati sensasi ngtrip rame-rame dengan kendaraan umum. Berawal dari obrolan group whatsapp kelas pertengahan Agustus lalu, kami pun ngetrip ke Tanjung Papuma. Karena rata-rata kami belum pernah merasakan naik kereta rame-rame dengan tujuan yang agak 'aneh' maka Kereta Tawangalun pun menjadi moda keberangkatan kami. Tiket kereta yang di booking dua minggu sebelum keberangkatan memudahkan kami memilih bangku dengan leluasa. Dengan harga tiket Rp. 30.000,- kami dapat tempat duduk yang berderet. Meski Kereta yang kami tumpangi adalah kereta ekonomi, overall keretanya nyaman, ber AC dan yang terpenting ada colokannya. Sehingga kami tak perlu khawatir dengan baterai low, sehingga tetap eksis di sosial media :D Eksis di kereta. Kereta Tawangalun berangkat dari Stasiun Kota Baru, Malang puku

Pulang.

Aku melihat Casio yang melingkar di pergelangan tanganku. Sepuluh menit menuju pukul sembilan pagi, Sancaka Pagi akan datang. Petugas peron memberi arahan, agar penumpang segera menuju pintu boarding. Aku menuju ke meja pemeriksaan tiket, menyerahkan tiketku untuk diperiksa. Perjalanan empat jam, menuju Yogyakarta. Aku menuju gerbong tiga, mencari-cari kursiku. C5, sesuai ekspektasiku aku mendapat kursi nomor dua dan tepat di sisi jendela. Aku menaruh ranselku di kabin, lalu mengambil botol minuman yang terselip di ranselku. Aku merapikan dudukku, megambil earphone dan memasangkan di smartphoneku. Aku tak ingin mendengar banyak percakapan dalam perjalananku. Dari Iphoneku mengalun lagu Kahitna, Hampir Jadi. Hampir Jadi? Iya, aku dan dia adalah sepasang manusia yang hampir jadi sepasang suami istri jika saja ego kami tak lebih tinggi dari rasa cinta yang harusnya meneguhkan kami. Dua tahun bersama, masih cinta tapi akhhirnya memilih untuk jalan sendiri-sendiri. Entah karena l

Terapi Patah Hati.

Patah hati bukan harga mati ~~ @_yulesta. Menyembuhkan patah hati mungkin tidak semudah saat kita jatuh hati. Ada yang perlu waktu berhari-hari, atau bahkan mencapai hitungan tahun. Tapi, hidup harus tetap berjalan kan? Jangan terlalu terpaku pada sakit dan pedihnya masa lalu, hidup harus bergerak maju. Untuk mensiasati pasca patah hati ikuti tips berikut. 1.        Menangis. Menangis adalah cara alami untuk melampiaskan rasa kesal, tertekan dan penat. Seseorang yang menangis dapat menurunkan kadar emosi, karena dengan menangis dapat meningkatkan mood seseorang. Air mata yang dikeluarkan saat menangis dapat mengeluarkan hormon stress akibat patah hati yaitu endorphin leucine-enkaphalin . 2.        Menulis. Tulislah semua kejadian yang membuat Anda patah hati. Tentang perasaan sakit dan kehilangan. Menulis dapat menyembuhkan, karena dengan menulis kita dapat mengelurkan emosi kita. Anda juga dapat membuat daftar tentang kesalahan dan kenangan menyakitkan saat bersama si d

Zangrandi Rhapsody.

"Aku tak suka es krim." kataku bersungut-sungut, pipiku menggelembung saat Lie menggandengku masuk ke Cafe ini. Lie hanya tersenyum, lalu menyuruhku duduk di kursi rotan yang berjejer di teras Cafe ini. Aku masih berdiri, tak menuruti permintaan Lie untuk duduk. "Meme sayang, ayolah." Katanya, lalu menarik lenganku agar aku mau duduk di kursi yang ia pilih. Akhirnya aku luluh juga, dengan menghentakkan tubuhku aku duduk di kursi rotan itu. Lie tersenyum, dan aku masih tetap mengelembungkan pipiku. Seorang pramusaji menghampiri kami, ia menyodorkan dua buku menu ke arah kami. "Mau langsung pesan atau masih menunggu?"  "Nanti saja, kami pilih-pilih menu dulu ya."Ucap Lie, Sang pramusaji mengangguk takzim, lalu meninggalkan kami. Lie sibuk menyusuri buku menu, sementara aku hanya membolak-balik deretan nama es krim itu.  "Aku gak tertarik." kataku, sambil meletakkan buku menu itu sekenanya. Lie menatapku, "Coba yang Tutti