Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2012

KITA ( akhir )

 Jika kamu mencintai seseorang, jangan pernah meletakan namanya dalam hati. Karena hati bisa patah. Letakkan namanya pada sebuah cincin, karena cincin akan terus selamanya berputar tanpa akhir__ @Stefani Charolina Aku duduk di meja nomor 14 itu, katamu akan datang tepat pukul 18.30 tapi ternyata kamu terlambat. Di smsmu sore tadi kamu meminta maaf, tak dapat menjemput dan memintaku untuk datang sendiri ke rumah makan bergaya eropa ini. Pramusaji itu menyambutku saat aku melangkah masuk, dan saat aku mengatakan aku sedang menunggumu pramusaji itu memintaku untuk duduk di meja nomor 14. “ Reservasi Tuan Rudi “ aku membaca booklet yang ada di meja tersebut. Ah, kamu selalu penuh kejutan. Padahal aku tak meminta banyak, hanya satu pintaku jangan memintaku untuk menunggu terlalu lama. Hatiku pun bisa menelikung di sela aku menunggumu. Dan aku tak ingin itu terjadi. Pramusaji datang menyerahkan daftar menu kepadaku, tetapi aku menolaknya. Aku hanya akan memesan makanan saat

Aku, Kamu , Dia dan Cerita ini ( Kayla )

Love doesn't have to be perfect, but it has to be real__ @perihujan_ “ Tanteee, siniiii...” teriak Kayla sambil melambaikan tangan ke arah Ailya. Ailya tersenyum, dan berjalan ke arah Kayla. Hari ini Kayla memakai bandana warna merah muda senada dengan bajunya, rambutnya berkibar saat berlari menjemput Ailya. “ sini..sini..” celoteh Kayla, tangannya menuntun Ailya ke meja tempat Ia dan ibunya menunggunya siang ini. Ailya tersenyum kearah Melia, “ Maaf, tadi agak macet jadi terlambat “ “ Gak papa, kami juga baru sampai “ “ Iya, gak papa tante. Jakarta selalu macet tan..” ucap Kayla, lalu tersenyum memamerkan giginya yang putih. Ailya, mengusap rambut Kayla. Melia tersenyum. “ Kayla, aku titipkan sama kamu ya. Aku rapat sampai pukul empat kok. Gak papa kan Ya? “ “ Iya, gak papa. Mbak, tenang saja “ Ailya meyakinkan. “ Kayla, gak papa kan mama tinggal sama tante Ailya? “ tanya Melia kepada Kayla. “ Gak papa ma “ jawab Kayla penuh semangat. Melia mengecu

Ini hatiku ( Rudi )

Sampai kau berdamai dengan dirimu, kau baru mampu berdamai dengan perasaanmu – Tia Setiawati Priatna. Aku menghempaskan tubuhku pada sofa. Lelah. Hari ini adalah malam keduaku di Jakarta, setelah dua tahun lalu aku meninggalkannya. Aku menarik selembar foto dari saku celanaku. Fotoku bersama Kayla dan Melia, yang diambil dari polaroid instax mini – mainan baru Kayla,  oleh Ailya saat kami bertemu tadi. Aku tak bisa menahan diri untuk tersenyum saat melihat ekspresi Kayla. Ah, bidadariku telah tumbuh menjadi gadis kecil yang mempesona. Saat tanganku menyentuh foto tersebut, tanganku berhenti pada paras Melia. Ada yang menderu, apakah masih pantas aku merindukannya? Saat pertemuan tadi pun aku tak kuasa untuk mencuri-curi pandang. Melia selalu saja seperti itu, tak mau terlihat rapuh. Selalu ingin terlihat kuat dan bersemangat. Aku tersenyum kecil mengingat kejadian saat makan malam tadi saat dia gugup mengambilkan aku nasi dan lauk saat makan malam tadi, ya

Awal ( Ailya )

  Sebaik-baiknya hidupku, adalah mencintaimu yang telah kuniatkan dari dulu – Tody Pramantha Aku melihat handphoneku, ada satu pesan singkat darimu. “ Aku masih bersama Melia, tunggu aku di Coffee Bean “ Jadi urusan itu belum selesai? Tanya batinku. Aku berjalan menuju Coffee Bean bandara. Duduk di sofa dekat kaca. Ah, selalu saja tempat ini menjadi tempat favoritemu untuk memintaku menunggumu. Aku memesan hot choco, seperti kamu tahu itu adalah minuman favoriteku. Dan belakangan baru aku tahu minuman coklat adalah minuman favorite Melia juga, wanitamu sebelum kamu bertemu denganku. Setiap kali aku menyadari begitu banyak persamaanku dengannya, aku selalu menangis. Mungkinkah aku hanya akan menjadi bayangan Melia? Salahkah aku cemburu setiap kali menyadari itu. Meski berulang kali kamu meyakinkanku bahwa aku adalah terakhir untukmu. Dan demi berbeda dengan Melia, aku tak ingin memanggilmu dengan mas tapi kakak. Ya, setidaknya panggilan kakak pun berbeda dari ora

Aku dan kenangan ( Melia )

  “ Sekalipun mencintaimu adalah kesalahan, aku tak peduli...karena bagiku mencintaimu adalah kebahagianku. “ – Peri Hujan. Aku mengaduk choco blanded – ku, sementara kamu membisu. Ini adalah rekor pertemuanku dengan kamu setelah perpisahan itu. Ketika aku dan kamu memilih untuk menjalani kehidupan masing-masing, menanggalkan kita meleburnya menjadi aku dan kamu. Perpisahan dua tahun lalu. Rumah makan cepat saji ini masih sama seperti empat tahun yang lalu, masih sama seperti saat kita merayakan ulang tahun pertama putri kita – Kayla. Entah demi alasan apa aku memilih tempat ini untuk bertemu dengan kamu. Semoga kenangan ini tak meronta dan memintamu untuk kembali. “ Bagaimana Kayla? “ tanyamu. “ Baik, seperti yang sering dia bilang padamu setiap kamu menelponnya. Dia sedang senang-senangnya memainkan hadiah ganget terbaru darimu. Kamu tidak berubah selalu memanjakannya “ jelasku, canggung. Kamu tersenyum. “ Aku tidak memanjakannya, hanya memfasilitasi Kayla u