Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2013

Hello Boy (D) -- 3

Terkadang kita tak pernah tahu, mengapa kita melakukan hal-hal yang sulit diterima logika @perihujan_ Aira memasukkan uang receh ke box telpon koin depan sekolah di daerah Jalan Bandung. Ia menekan-nekan nomor yang sudah ia catat di telapak tangannya. Nomor telpon yang akan selalu ia ingat diluar jangkauan alam sadarnya. Tut..tut..tut.. Belum ada jawaban, ia menutup horn telpon lalu kembali memencet-mencet nomor telpon yang sudah ia ingat. Tut..tut..tut.. Sampai akhirnya ketika ia hampir putus asa telpon pun diangkat. “Hallo.. “ “Eh, iya...hallo “ jawab Aira gugup, ia tak siap jika telpon akan diangkat secepat itu. “Cari siapa?“ tanya suara diseberang. “Hmm, Raflinya ada?“ “Ooo.....Raafffffffffffffffliiiiiiiiii, ada telpon “ Aira menjauhkan horn telpon, gila suaranya sampai memekakkan telinga Aira. Ia, mengernyitkan dahi, memandang aneh horn telpon. “ Ya, Hallo “ Dheg , tiba-tiba Wajah Aira memanas. “Hei ini Rafli, cowok yang ingin kamu ajak bica

Konspirasi (D) -- 2

Sudah satu minggu Aira menjalani status barunya sebagai Mahasiswa. Ia in the kos, di jalan Jombang dekat kampusnya. Ia yang tidak bisa naik motor bisa ke kampus hanya dengan jalan kaki. Ya dia adalah pedistrian sejati, ia tak mau ikut merusak bumi dengan menambah sesak emisi di bumi ini dengan berkendara motor.                 Aira, datang terlalu pagi hari ini masih kurang seperempat menit lagi hingga jam tujuh kuliah ekonomi Mikro di kelas E 103. Ia menunggu di taman kampusnya, belum satupun temannya datang. Sambil mendengarkan musik melalui Ipod pink, agak kontras memang Aira lumayan tomboi tapi sangat menyukai warna pink.Tapi dia tidak sendiri ada orang lain,   yang juga selalu datang pagi dan duduk di taman yang berada diantara gedung E3 dan E4. Dia adalah si rambut tin-tin itu. Laki-laki yang menemaninya menikmati drama akhir OSPEK nya.                 Ada rona merah di pipi Aira, jelas sekali ia mencuri pandang dan mengamati setiap detail yang dilakukan si rambut tin-t

Awal mula (D) -- 1

Aira membetulkan letak topi petaninya, sambil mengumpat dia berjalan menuju ruang auditorium fakultasnya. Hari ini adalah hari terakhir kegiatan OSPEK di kampusnya, pembodohan menurut kamus Aira. Sudah cukup selama hampir satu minggu Aira berdandan seperti pemulung. Baju warna putih, rok hitam, jas almamater,   topi petani warna hijau, kepang rambut sepuluh ikat, kertas warna kuning bertuliskan namanya yang dikalungkan dilehernya, belum lagi tas buntut dari kain goni yang diwinter warna kuning berisi penuh air mineral 500 ml, air kuning 1300 ml, pisang merah dempet, buku tulis khusus untuk mengumpulkan tanda tangan dari senior, dan alat musik ecek-ecek yang terbuat dari tutup botol minuman.                 Aira duduk bersebelahan dengan Denia, teman seangkatannya yang ia temui waktu daftar ulang dan bertekat berjanji bakal jadi sohib paling klop di angkatannya. “Den, ngapain sih kita disuruh masuk lagi? sumpah aku paling muak dengan   kegiatan indor . Pasti ceramah lagi“ umpa

Lost (D)

  Aku mengaduk floatku. Sudah hampir setengah jam aku berada di restoran waralaba milik paman sam ini. Mengingat kejadian setahun yang lalu, peristiwa yang membuatku mati rasa dan tak lagi mampu membedakan rasa manis dan pahit. Dan keberanianku untuk menemui Dia di restoran ini setahun lalu adalah rekor dalam pertemananku dan Dia. Dengan hidangan yang sama, float dan kentang goreng aku mengenang peristiwa itu. Tetapi setahun yang lalu aku tak sendiri, ada Dia disini, duduk di depanku seperti seorang polisi mengintrogasi buronannya. Bertanya banyak hal, semua hal yang ingin aku simpan sendiri tanpa ada orang lain yang tahu termasuk Dia.   Siang itu adalah rekor pertemuan pertama kami, setelah pertemanan semu kami di dunia maya. Benar-benar absurd, di dunia maya pun aku menjadi orang lain bukan diriku sendiri. Berharap sisi lain dari diriku dapat Dia terima. “ Kamu mengenal nomor ini ? “ tanyaku waktu itu, sambil menyebutkan deretan angka. Ada rona kaget diwajahnya, “