Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2015

PLUVIOPHILE

Aku selalu menyukai aroma hujan; maka aku berniat mengemasnya dalam botol kaca ini. Botol kaca yang seminggu lalu masih penuh dengan selai coklat kacang kegemaranmu; dan boleh aku masih menyebutnya sebagai kegemaran kita? Katamu hujan adalah kenangan tentangku, sebenarnya salah. Hujan adalah tentang kamu, yang kucintai tapi tak pernah sanggup aku miliki. Nyaliku sebesar biji sawi, kecil untuk sekedar mengucap bahwa aku pun mencintaimu sama besar atau mungkin lebih besar daripada cinta yang kamu berikan padaku. Aku menggenggam botol kaca ini, memandangnya dengan tatapan dalam seakan aku melihat deretan drama satu babak yang menceritakan tentang kita. Bukan kita tetapi kamu. Selai coklat kacang yang dioleskan di selembar roti tawar dan satu cangkir kopi tanpa gula, adalah menu sarapan favoritemu. Pagimu tak pernah lewat dari menu itu. Dan tentu saja ada aku yang bercerita tentang banyak hal menemanimu di sudut pantri. Rutinitas pagi, yang oleh mereka sebut sebagai kencan. Aku tak pe

Menertawakan Patah Hati

Mari kita tertawa. Menertawakan tentang hal yang pernah kita anggap menyedihkan. Tentang cinta yang tak berestu, tentang rindu yang tak bertuan, atau tentang mimpi yang mengabu. Mari kita tertawa. Menertawakan hal-hal yang pernah membuat kita makan tak enak, tidur tak nyenyak. Tentang kita yang pernah saling mencintai, lalu membiasakan diri menganggap tak saling mengenal. Tentang kita yang berada pada satu linimasa dan tak bertegur sapa. Tentang kita yang berada pada bumi yang sama dan saling mendiamkan. Tentang kita yang saling merapal rindu tapi tak kuasa menyampaikan. Bukan tak ingin; Kita tak pernah sanggup, menentang semesta yang menginginkan kita tiada. Kita tak pernah sanggup, untuk benar-benar baik saja. Aku mencintaimu, pun kamu. Tapi semesta tak pernah menginginkan kita ada. Malang, 20 Februari 2015.