Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2012

Ujian

Beberapa minggu ini kita dihebohkan dengan berita ujian untuk siswa SMA dan kemarin ujian nasional untuk anak SMP pun berakhir kemarin, kalau dipikir-pikir senang sekali orang dewasa itu sedikit-sedikit melakukan ujian. Tes ini dan tes itu, mungkin mereka tahu betapa sulitnya untuk mencapai sesuatu #halah. Jadi ingat momen saat ujian nasional waktu jaman SMA delapan tahun yang lalu (langsung merasa tua). Ya, waktu SMA kelas 3 (sekarang kelas XII) rasa-rasanya gak genap setahun tapi tegangnya ampun dech. Berangkat pagi dan pulang menjelang malam adalah kegiatan sehari-hari, setiap hari menunya latihan soal melulu. Les di sekolah, belum lagi les di luar sekolah. Kenapa saya dulu gak mati bosan ya? Disuguhi kesaharian yang seperti itu, berangkat pagi dan pulang sore dibebani PR yang setumpuk, dan belum tugas lainnya. Sekarang setelah masa itu berlalu, masalah kerjaan yang deadline hanya menjelang closing, ngeluhnya gak selesai-selesai. Jadi mikir, kenapa orang dewasa semakin gampang m

Demikianlah Cinta

  “ Karena cinta semaunya menghampiri, tanpa perlu bertanya maukah kita dijatuhinya “ Akhir-akhir ini saya sering merenung tentang lima huruf ini. Ya, ternyata begitu hebat kekuatan dari cinta ini. Cinta bisa membuat kita yang lemah menjadi kuat sekaligus rapuh. Masih teringat pembicaraan absurd dengan teman beberapa hari yang lalu, tentang cinta. Katanya dia cukup puas dengan hanya melihat orang yang dicintainya bahagia, melihatnya tersenyum meski senyum itu bukan untuknya. Ya, teman saya ini cukup bahagia dengan rasa sepihaknya itu. Mungkin yang ia cintai adalah momen saat bersama orang yang Ia cintai itu, dan meski hanya sepihak.  Jatuh cinta, ya namanya juga jatuh pastinya menyakitkan. Tapi ketika ada orang lain mengatakan bahwa cinta pada akhirnya adalah air mata maka dengan lantang saya menolaknya. Ya, terlihat berlebihan memang. Bagi saya cinta mempunyai pilihan, dan salah satu pilihanya adalah bahagia. Jika kita   masih diberi kesempatan untuk memilih kenapa kit

Titik Awal ( prolog )

R asanya baru kemarin sore aku bersama Dia menelfonmu di telpon koin depan Rumah sakit itu. Mendengar suaramu untuk pertama kalinya. “ Aku Disty, anak Jogja “ Aku tidak menyangka, kebohongan itu mampu membuatku mati rasa, membuatku dan mu berputar dalam lingkaran ini. Aku tak tahu, sampai kapan aku dapat melupakanmu. Terbiasa tanpa kamu, dan berjalan normal tanpa ada kamu menemaniku. Mungkin, satu bulan, satu tahun, dua tahun ... atau tak akan pernah bisa, aku tak akan melupakanmu tapi aku hanya ingin berdamai denganmu, hingga aku tak perlu menahan tangis saat bertemu denganmu.  Suatu hari nanti . *sebuah awal ( proyek Aku dan Kamu )

Kayla

Malam selalu mencumbuiku dengan rindu, dan semuanya tentang kamu. Aku memandang fotomu yang berpendar, manis. Aku terlalu ngilu untuk mengakui bahwa aku benar-benar kalah dengan air mata malam ini. Aku rindu. Tanganku memainkan kursor, saat slight itu memainkan foto-fotomu di layar laptopku. Aku berharap ini akan menyamai saat aku menggurat wajahmu, mengusap tiap helai rambutmu dan mencubit pipi tembemmu. Aku rindu. Ini masih hitungan bulan, belum tahun aku sudah terlampau rindu padamu. Masih teringat malam sebelum kamu melepas kepergianku, kamu merebah manja pada dadaku. Kamu tak pernah semanja itu sebelumnya, dan hal ini semakin membuatku sesak. Sampai sekarang aroma tubuhmu masih jelas kuingat. Aku rindu. Slight itu masih memainkan foto-fotomu, ada ribuan fotomu dalam laptopku. Ya, karena kamu adalah objek terfavoriteku selama empat tahun tujuh bulan ini. Aku tidak pernah bosan mengabadikan semua ekspresimu, senyum, tawa bahkan gurat sedihmu. Kamu cantik, dan kecan

Akhir Yang Mengawali

 “ De’ barusan aku kirim email, cek email ya “ Aku membaca pesan singkatmu siang itu. Aku beringsut malas. Apa-apaan ini, aku sedang rindu mengapa disuruh mengecek email? Dasar. Aku merengut kesal. Apakah rindu cukup tertuntaskan hanya dengan sebaris email?  Satu file attachment berhasil aku unduh, sebuah foto. Tour Eiffel . “ Lalu, apa maksud foto ini? “ tanyaku. Tanganku memainkan kursor pada layar laptopku. Aku rindu, itu saja. Sebaris nama muncul pada layar handphone ku yang membuatku bersemangat untuk menerima telpon tersebut. “ Bagaimana, bagus kan? “ tanyamu hangat. “ Iya “ jawabku singkat. “ Tempat yang romantis “ “ Suatu saat aku ingin kesana. Ingin merasakan hembusan angin di Champ de Mars secara langsung . Tak lagi dari buku atau foto yang selalu kamu pamerkan padaku “ “ Kamu gak akan sendirian kesana, kamu akan pergi bersamaku. Kita berdua, ya aku dan kamu “ sahutmu cepat. “...” mukaku bersemu merah. “ Kenapa? Kamu gak