Langsung ke konten utama

Akhir Yang Mengawali


 “ De’ barusan aku kirim email, cek email ya “

Aku membaca pesan singkatmu siang itu. Aku beringsut malas. Apa-apaan ini, aku sedang rindu mengapa disuruh mengecek email? Dasar. Aku merengut kesal. Apakah rindu cukup tertuntaskan hanya dengan sebaris email? 

Satu file attachment berhasil aku unduh, sebuah foto. Tour Eiffel.

“ Lalu, apa maksud foto ini? “ tanyaku.

Tanganku memainkan kursor pada layar laptopku. Aku rindu, itu saja.
Sebaris nama muncul pada layar handphoneku yang membuatku bersemangat untuk menerima telpon tersebut.

“ Bagaimana, bagus kan? “ tanyamu hangat.

“ Iya “ jawabku singkat.

“ Tempat yang romantis “

“ Suatu saat aku ingin kesana. Ingin merasakan hembusan angin di Champ de Mars secara langsung. Tak lagi dari buku atau foto yang selalu kamu pamerkan padaku “

“ Kamu gak akan sendirian kesana, kamu akan pergi bersamaku. Kita berdua, ya aku dan kamu “ sahutmu cepat.

“...” mukaku bersemu merah.

“ Kenapa? Kamu gak mau? “ tanyamu cemas.

“ Tentu saja aku mau, aku akan selalu ikut kemana pun kamu pergi. Makanya cepat kesini, aku rindu. Jangan biarkan aku menunggu terlalu lama. Jangan biarkan rindu ini membunuhku “ kataku cepat, aku merasakan wajahku semakin memanas. 

“ Yakin tak perlu menunggu karung itu penuh dengan coklat? “ Aku mendengar tawa kecilmu, yang semakin menderukan jantungku. 

“ Enggak, aku gak mau coklat atau setumpuk buku lagi “ jawabku cepat, aku merasakan wajahku semakin memanas. Terbakar.

“ Aku maunya kamu “ lanjut batinku.

Aku mendengar kamu menghela napas. 

“ De’, Maukah kau menjadi sepasang doa yang saling menjaga, dimana detak nadimu dan hembus napasku melebur menjadi satu; -- dalam ikatan cinta. “ 1
“ ... “ aku tercengang, kaget.

Aku merasakan napasmu mendekat.

Aku menghambur ke luar, meraih gagang pintu. Instingku tak pernah salah. Seperti yang kuduga, Kamu berdiri di depan pintu rumahku. 

“ Menikahlah denganku “ 


Kutipan 1 diambil dari buku SKSR
Photo design by : Tody Pramantha



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Morning Pages

Menulis untuk jiwa/copyright  rawpixel.com   Writing is medicine. It is an appropriate antidote to injury. It is an appropriate companion for any difficult change - Julia Cameron. Menulis bagiku adalah obat. Menuangkan keluh, mencatat mimpi, hingga mematik harapan. Itulah alasan kenapa aku banting setir untuk berkarir di media. Harapannya sih, seru kali ya menulis terus dapat duit. Meskipun pas terjun kerja di media, ternyata pekerjaanku bukan menulis seperti yang di catatan-catatan yang pernah kutuliskan. Aku menulis untuk orang lain. Maka journaling adalah obat buatku. Saat aku tidak bisa menulis tentang hal-hal yang sensitif, menuliskan di buku jurnalku membuatku merasa tenang. Menulis untuk memberi makan jiwa aku menyebutnya. Biasanya setiap pagi sebelum memulai aktivitas aku menuliskan banyak hal di lembaran jurnalku. Hal random seperti enak mana tahu atau tempe, hingga seserius mengapa semakin ke sini hal-hal yang disebut ‘pertanda’ itu semakin jelas. Menuliskan hal itu ...

Hari Bersama Sheila On 7, Pengalaman Pertama Nonton Konser

Tanggal 22 September 2016 adalah hari bersejarah buat saya. Bukan, saya tidak mendapat promosi jabatan atau Partner akhirnya melamar saya. Tapi pada tanggal tersebut saya berkesempatan untuk nonton konser. Yeay! Umur yang hampir menginjak angka 30, baru kali ini saya menonton konser. Hahaha. Norak? Iya, biarin. Yeay..foto dulu sebelum nonton konser | c: @perihujan_ Berawal dari rasa kecewa karena batal ke Jakarta, akhirnya saya menerima ajakan teman untuk nonton konser Sheila On 7 di Graha Cakrawala UM pada tanggal 22 September kemarin. Saya datang ke konser tanpa ekspektasi apa pun. Hanya saja sepanjang hari, di kantor saya memutar lagu-lagu Sheila On 7 sekedar mengingat lagu-lagu mereka kembali. Yeah, saya memang agak buruk soal musik. Selain suara sumbang saya, enggak ada yang dapat saya banggakan dari pengetahuan musik saya. Jika menurut jadwal acara, Sheila On 7 seharusnya mulai naik panggung pukul 9 malam. Tapi nyatanya hingga hampir pukul 10 malam, Duta dan g...

Berlibur ke Malang Selama 24 Jam? Berikut Tempat yang Wajib Kamu Kunjungi

Kota Malang memang penuh daya tarik maka tidak heran jika setiap hari selalu saja wisatawan yang datang untuk berkunjung ke kota ini. Malang memang berbeda, meskipun di beberapa tempat mulai macet tidak mengurungkan niat pecintanya untuk berkunjung. Jika kamu berniat berkunjung ke kota Malang hanya sehari, itenary ini bisa menjadi pertimbangan buatmu. Yuk, mari! 06.00 – 07.30, Jalan Kawi Mengisi perut dengan sajian khas kota Malang bisa menjadi alternatif buat kamu. Salah satu yang khas dari kota Malang adalah Pecel Kawi, yang berada di Jalan Kawi. Jika kamu tidak seberapa suka Pecel, di sepanjang jalan Kawi banyak kuliner lainnya. Lokasinya pun masih satu tempat dengan Pecel Kawi, ada Nasi Buk Madura, Widuri yang menyediakan masakan campur, dan Nasi Krawu. 08.00-10.00, Alun-Alun Puas dengan sarapan khas kota Malang. Kamu bisa mencari angkot LG menuju arah pusat kota. Ada Alun-alun, dan Tugu 0 kilometer di bawah jembatan penyebrangan. Tidak perlu khawatir, di alun-alun...