Langsung ke konten utama

Ini Rindu, Kamu? ( #140 – 1 )



Aku memainkan scroll pada linimasaku, tak kutemui twit satupun dari dia. Iya, dia salah satu akun yang kugemari selama setengah tahun ini. Twitnya adalah salah satu alasanku untuk rajin bertandang di lapak 140 karakter ini. Bukan untuk ikut riwil di twitter tapi hanya memastikan apakah dia baik-baik saja. Bagiku twitnya adalah kabar bahwa dia baik-baik saja, meski tanpa mention sekalipun. 

Aneh memang,padahal mention darinya untukku  tak genap seratus jika ditotal sejak pertemuan kami di kerajaan 140 karakter. Kami hanya saling follow, dan kebetulan berada pada satu komunitas. Kami tak pernah terlibat kehebohan berbalas mention di linimasa. Aku hanya pengagum rahasianya. Dan mungkin benar, inilah rasanya sepihak. Sakit.

Sebenarnya mudah saja aku mendapatkan kabar tentangnya, aku memiliki nomor handphonenya yang kudapatkan saat ia meminta alamat untuk pengiriman buku sebagai hadiah karena sering kelewat riwil pada proses produksi buku kumpulan ceritanya. Tentu saja mudah bagiku untuk memulai sms atau sekedar menelponnya. Entah, gengsi atau takut akan penolakan aku tak pernah memulainya dulu. Meski sekuat tenaga aku melawan rindu itu.

Apakah hal ini termasuk kebodohan?

Akhirnya setelah satu jam bertahan pada lapak 140 karakter aku menulis juga sebaris twit; “ Kamu tahu, tak ada yang lebih menyakitkan dari kata sepihak “ , lama aku membaca sebaris kalimat yang tak lebih dari 140 karakter itu. Dan aku memilih, save to draft.

Dan aku lebih memilih untuk menutup akun twitterku. Aku melempar smartphoneku sekenanya, dan menutup muka dengan bantal. Hal yang selalu kulakukan ketika tiba-tiba moodku berada pada level terendah. 

Aku meraih smartphoneku dengan malas saat Ia berteriak menyanyikan lagu This Love. Dan aku melonjak bangun saat melihat sebaris namanya berada pada layar smartphoneku. Yaksa calling

“ Hallo...”
“ Hey...” katanya menyambut kata halloku.
“ Hey juga, tumben ? “ tanyaku gugup
“ Gak papa, aku Cuma pengen dengar suara kamu saja. Maaf ya, akhir-akhir ini terlalu sibuk jadi gak sempat kasih kabar. “

Apakah semua perlu penjelasan? Aku tersenyum.
Aku kangen kamu bodoh, batinku.

“ iya, gak papa. Kamu apa kabar? “

Dan sejak itu aku selalu mempercayai kekuatan hati. 


Pic diambil dari google.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Morning Pages

Menulis untuk jiwa/copyright  rawpixel.com   Writing is medicine. It is an appropriate antidote to injury. It is an appropriate companion for any difficult change - Julia Cameron. Menulis bagiku adalah obat. Menuangkan keluh, mencatat mimpi, hingga mematik harapan. Itulah alasan kenapa aku banting setir untuk berkarir di media. Harapannya sih, seru kali ya menulis terus dapat duit. Meskipun pas terjun kerja di media, ternyata pekerjaanku bukan menulis seperti yang di catatan-catatan yang pernah kutuliskan. Aku menulis untuk orang lain. Maka journaling adalah obat buatku. Saat aku tidak bisa menulis tentang hal-hal yang sensitif, menuliskan di buku jurnalku membuatku merasa tenang. Menulis untuk memberi makan jiwa aku menyebutnya. Biasanya setiap pagi sebelum memulai aktivitas aku menuliskan banyak hal di lembaran jurnalku. Hal random seperti enak mana tahu atau tempe, hingga seserius mengapa semakin ke sini hal-hal yang disebut ‘pertanda’ itu semakin jelas. Menuliskan hal itu ...

Lima Tahun Lalu Itu 2019

    2019 itu lima tahun yang lalu. Aku tersenyum membaca pesan dari dia. Ternyata sudah lima tahun kami tidak saling menyapa, meskipun update kehidupannya masih melintas di linimasa akun linkedin-ku.  Lima tahun lalu namanya selalu muncul pertama kali di notifikasi whatsApp-ku. Dulu, kami pernah meyakini bahwa jarak hanya satuan untuk orang lemah. Dan akhirnya, kami menjadi bagian orang lemah itu. Kata orang akan selalu ada kesempatan kedua untuk hal yang terlewatkan. Tinggal kita mau atau tidak. Menganggap itu kesempatan atau hanya sekadar pembuktian semata. Dan ia pun menyapaku kembali setelah lima tahun berlalu. Kamu akhirnya ke Jepang ya? Gimana, seru? Menyebalkan sekali pertanyaannya, karena akhirnya aku tahu ia tak pernah berubah. Ia tetap melihatku, sementara aku hanya tahu dari update linkedin-nya. Menandakan dia ‘hidup’. Bagian menyebalkan lainnya aku melewatkan masa lima tahun itu, tapi ia tetap melihatku bertumbuh. Ia tahu aku mengeluhkan banyak hal, ia juga ta...

Berlibur ke Malang Selama 24 Jam? Berikut Tempat yang Wajib Kamu Kunjungi

Kota Malang memang penuh daya tarik maka tidak heran jika setiap hari selalu saja wisatawan yang datang untuk berkunjung ke kota ini. Malang memang berbeda, meskipun di beberapa tempat mulai macet tidak mengurungkan niat pecintanya untuk berkunjung. Jika kamu berniat berkunjung ke kota Malang hanya sehari, itenary ini bisa menjadi pertimbangan buatmu. Yuk, mari! 06.00 – 07.30, Jalan Kawi Mengisi perut dengan sajian khas kota Malang bisa menjadi alternatif buat kamu. Salah satu yang khas dari kota Malang adalah Pecel Kawi, yang berada di Jalan Kawi. Jika kamu tidak seberapa suka Pecel, di sepanjang jalan Kawi banyak kuliner lainnya. Lokasinya pun masih satu tempat dengan Pecel Kawi, ada Nasi Buk Madura, Widuri yang menyediakan masakan campur, dan Nasi Krawu. 08.00-10.00, Alun-Alun Puas dengan sarapan khas kota Malang. Kamu bisa mencari angkot LG menuju arah pusat kota. Ada Alun-alun, dan Tugu 0 kilometer di bawah jembatan penyebrangan. Tidak perlu khawatir, di alun-alun...