Langsung ke konten utama

Postingan

Suatu siang di Solaria.

Sambil menunggu pemutaran Doraemon di jam satu, saya memutuskan menghabiskan waktu di Solaria yang berada di lantai dua Sun City. Satu Jus Alpukat,  Jus Sirsat, Ayam Mosarella dan Ayam Lada Hitam menemani kami berbincang. Tentang banyak hal, dan juga kemungkinan-kemungkinan. Tak lupa tentang hati. “Kamu sudah melupakan dia?” tanyanya, sambil memotong Ayam Mosarellanya menjadi dua, dan potongan terbesarnya berpindah ke piringku. Selalu. “Sudah.” “Di Malang sudah pernah bertemu dengan dia? Atau mungkin kamu mencoba sengaja menemuinya.” tanyanya, lalu mengambil potongan paprika yang aku singkirkan dari piringku. Aku menggeleng. “Tapi aku ingin bertemu dengannya.” “Yakin? “ Aku mengangguk “Iya, aku ingin bertemu dengannya. Ingin memberi tahu bahwa aku baik-baik saja. Dan tentu saja, aku bahagia. Aku rasa dia perlu tahu akan itu.” Dia tertawa, lalu meneguk Jus Alpukatnya. “Seyakin itu? Jika kamu tahu ada dia di sana, dan dia sedang berjalan dengan wanita lain apa yang aka...

(un)Happy Strawberry Toast.

Aku melangkahkan kaki ke kedai yang bangunanya bernuansa putih itu, Omah Caffee. Beberapa bulan yang lalu, aku sering kesini. Setiap malam minggu, kamu akan mengajakku duduk dan bercerita apa saja di sini. Terkadang, saat kamu menjemputku pulang kerja pun mengajakku bersantai sejenak sebelum aku pulang ke kos. Itu dulu, sebelum semua berubah. Aku  memegang ujung tasku. Sangsi, apakah aku serius akan masuk ke Omah Caffee. Aku melihat mobilmu terparkir di halaman Omah Caffee. Kamu sendirian kah? Atau bersama Bili dan Joice? Atau bersama yang lain. Aku membalikkan badan berniat berlalu dari tempat itu. Namun urung, aku memilih berjalan ke arah Outlet Omah Mode yang letaknya bersebelahan dengan Omah Caffee. Outlet distro ini nampak lengang padahal hari ini minggu. Aku menyisir beberapa deret koleksi baju yang di pajang di Outlet ini. Mataku tertegun saat melihat satu kaos berwarna merah itu. Merah, adalah warna favoritemu. Warna yang kau bilang sebagai penanda kobaran semang...

Honeydew Tea.

Dia duduk di pojok ruangan cafe itu. Ia mengaduk gelas yang isinya tinggal separuh itu. Pandangannya kosong, menatap kursi yang ada di depannya. Aku menatapnya iba, sudah seminggu ini dia selalu datang ke Cafe ini dan selalu memilih tempat itu dan akan memesan minuman dan makanan yang sama. Dan Ia akan melakukan hal yang sama, duduk diam di tempat itu selama dua jam bahkan kemarin ia duduk di tempat itu hampir tiga jam. Iya, aku selalu mengamati Dia. Jauh sebelum ia menjadi pelanggan setia di Cafe ini. Dulu ia tak pernah datang sendiri, ia selalu datang bersama temannya dan seorang wanita yang ia sebut-sebut sebagai sepupunya. Dan tak jarang ia datang berdua saja dengan seorang wanita, yang ia panggil Meme. Panggilan adik perempuan di golongannya, tapi aku tahu wanita yang ia panggil Meme itu tidak sipit, matanya belo berbeda dengan matanya yang sipit meski terbingkai oleh kaca mata. Kulitnya tidak putih, wanita itu berkulit sawo matang. Dari semua pengamatan itu, aku tahu...

Pilihan.

Kemarin sore saya ditelpon Ibu, rutinitas yang kerap dilakukan Ibu semenjak saya meninggalkan kota Pasuruan. Sedikit banyak Ibu merasa khawatir dengan saya, meski kota yang saya tempati sekarang bukanlah tempat yang asing bagi saya. Bahkan, telah menjadi rumah kedua bagi saya.  Bercerita tentang hal yang saya lewati seharian adalah menjadi hal yang biasa sejak saya tak lagi di Pasuruan, Ibu juga kerap menanyakan bagaimana dengan perasaan saya karena tinggal dan menetap di kota yang sama dengan orang yang pernah mengisi hari-hari saya. mungkin Ibu khawatir jika nantinya saya berniat kembali bersama ia yang kehadirannya tak pernah mendapat restu. Hahahaha. Ibu hanya khawatir, dan saya mengerti itu. Ini kedua kalinya saya resign dan saya merasa ini adalah proses yang paling dramatis. Mengapa demikian? Iya, karena dengan saya resign dari kantor saya pun harus meninggalkan kota Pasuruan yang telah enam tahun menemani saya. Saat saya memutuskan untuk tinggal di kota ini (lagi) set...

Berkunjung ke surga di balik bukit.

Jika bersama lebih baik, mengapa kamu memilih sendiri? --- @_yulesta. Sabtu kemarin, tanggal 13 September 2014 saya bersama dua belas teman saya memutuskan berkunjung ke Jember. Menikmati sensasi ngtrip rame-rame dengan kendaraan umum. Berawal dari obrolan group whatsapp kelas pertengahan Agustus lalu, kami pun ngetrip ke Tanjung Papuma. Karena rata-rata kami belum pernah merasakan naik kereta rame-rame dengan tujuan yang agak 'aneh' maka Kereta Tawangalun pun menjadi moda keberangkatan kami. Tiket kereta yang di booking dua minggu sebelum keberangkatan memudahkan kami memilih bangku dengan leluasa. Dengan harga tiket Rp. 30.000,- kami dapat tempat duduk yang berderet. Meski Kereta yang kami tumpangi adalah kereta ekonomi, overall keretanya nyaman, ber AC dan yang terpenting ada colokannya. Sehingga kami tak perlu khawatir dengan baterai low, sehingga tetap eksis di sosial media :D Eksis di kereta. Kereta Tawangalun berangkat dari Stasiun Kota Baru, Malang puku...

Pulang.

Aku melihat Casio yang melingkar di pergelangan tanganku. Sepuluh menit menuju pukul sembilan pagi, Sancaka Pagi akan datang. Petugas peron memberi arahan, agar penumpang segera menuju pintu boarding. Aku menuju ke meja pemeriksaan tiket, menyerahkan tiketku untuk diperiksa. Perjalanan empat jam, menuju Yogyakarta. Aku menuju gerbong tiga, mencari-cari kursiku. C5, sesuai ekspektasiku aku mendapat kursi nomor dua dan tepat di sisi jendela. Aku menaruh ranselku di kabin, lalu mengambil botol minuman yang terselip di ranselku. Aku merapikan dudukku, megambil earphone dan memasangkan di smartphoneku. Aku tak ingin mendengar banyak percakapan dalam perjalananku. Dari Iphoneku mengalun lagu Kahitna, Hampir Jadi. Hampir Jadi? Iya, aku dan dia adalah sepasang manusia yang hampir jadi sepasang suami istri jika saja ego kami tak lebih tinggi dari rasa cinta yang harusnya meneguhkan kami. Dua tahun bersama, masih cinta tapi akhhirnya memilih untuk jalan sendiri-sendiri. Entah karena l...

Terapi Patah Hati.

Patah hati bukan harga mati ~~ @_yulesta. Menyembuhkan patah hati mungkin tidak semudah saat kita jatuh hati. Ada yang perlu waktu berhari-hari, atau bahkan mencapai hitungan tahun. Tapi, hidup harus tetap berjalan kan? Jangan terlalu terpaku pada sakit dan pedihnya masa lalu, hidup harus bergerak maju. Untuk mensiasati pasca patah hati ikuti tips berikut. 1.        Menangis. Menangis adalah cara alami untuk melampiaskan rasa kesal, tertekan dan penat. Seseorang yang menangis dapat menurunkan kadar emosi, karena dengan menangis dapat meningkatkan mood seseorang. Air mata yang dikeluarkan saat menangis dapat mengeluarkan hormon stress akibat patah hati yaitu endorphin leucine-enkaphalin . 2.        Menulis. Tulislah semua kejadian yang membuat Anda patah hati. Tentang perasaan sakit dan kehilangan. Menulis dapat menyembuhkan, karena dengan menulis kita dapat mengelurkan emosi kita. Anda juga dapat membuat daftar t...