“ Sekalipun mencintaimu adalah kesalahan,
aku tak peduli...karena bagiku mencintaimu adalah kebahagianku. “ – Peri Hujan.
Aku mengaduk
choco blanded – ku, sementara kamu membisu.
Ini adalah rekor
pertemuanku dengan kamu setelah perpisahan itu. Ketika aku dan kamu memilih
untuk menjalani kehidupan masing-masing, menanggalkan kita meleburnya menjadi
aku dan kamu.
Perpisahan dua
tahun lalu.
Rumah makan
cepat saji ini masih sama seperti empat tahun yang lalu, masih sama seperti
saat kita merayakan ulang tahun pertama putri kita – Kayla. Entah demi alasan apa
aku memilih tempat ini untuk bertemu dengan kamu. Semoga kenangan ini tak
meronta dan memintamu untuk kembali.
“ Bagaimana
Kayla? “ tanyamu.
“ Baik, seperti
yang sering dia bilang padamu setiap kamu menelponnya. Dia sedang
senang-senangnya memainkan hadiah ganget terbaru darimu. Kamu tidak berubah
selalu memanjakannya “ jelasku, canggung.
Kamu tersenyum.
“ Aku tidak
memanjakannya, hanya memfasilitasi Kayla untuk mengembangkan potensinya “
ucapmu, lalu meneguk kopimu.
“ Kamu tahu kan,
Kayla anak yang cerdas “ lanjutmu.
Aku tersenyum,
ya Kayla cerdas seperti kamu. Sehingga aku terkadang harus berlari untuk
mengejar pemikiranmu. Inikah alasan aku tak dapat bertahan denganmu?
“ Kayla bahagia,
mendengar kamu kembali mas, “ kataku canggung saat memanggil kamu dengan panggilan
itu.
Panggilan mas,
ah itu kan dulu alasan kamu begitu jatuh cinta kepadaku? Katamu aku berbeda. Ketika
semua memanggilmu dengan panggilan koko aku justru memanggilmu mas. Seandainya kamu
tahu, aku selalu ingin menarik perhatianmu. Untuk itulah aku selalu ingin
berbeda diantara orang-orang sekitarmu, termasuk berpura-pura untuk tidak
membutuhkanmu.
Kamu tetap
membisu, jujur aku tak bisa menahan diri untuk menyembunyikan degub jantung
saat melihat wajah orientalmu. Wajah yang selalu mengusikku tiap malam dan saat
melihat Kayla, ya kamu selalu egois Kayla pun mewarisi semua genmu tanpa
sedikit pun ada untukku.
“ Lalu kapan,
kamu mengijinkan aku bertemu Kayla. Aku sudah kangen dengan bidadari kita “
katamu. Hatiku mencolos saat kamu berujar kita, ah sudah berapa lama kamu tidak
menyebut kata-kata itu. Kita.
“ Terserah mas,
rumahku selalu terbuka untukmu mas. Kayla juga pasti senang kalau mas
berkunjung. “ ucapku, lagi-lagi masih gugup. Aku meminum choco blandedku. Berusaha
mengusir perasaan tak nyaman ini.
“ Bagaimana
kalau nanti malam, selepas magrib. Ailya, datang sore ini. Aku ingin
mengenalkannya pada Kayla. “
Ailya? Ah,
bagaimana mungkin aku melupakan ini. Ya, aku lupa kalau ternyata kamu akan
bertunangan dengan Ailya, wanita yang kamu temui saat perjalanan ke Malaysia setahun
yang lalu. Wanita yang kamu ceritakan satu bulan yang akan datang akan kamu
pinang. Wanita yang memenuhi hari-harimu setahun terakhir ini, wanita yang
memberimu kesempatan untuk berbahagia.
“ Ya, kurasa tak
ada masalah. Nanti akan aku jelaskan pada Kayla “ kataku.
“ Terima kasih
Mel. Untuk masalah Ailya, biar aku yang menyampaikan sendiri pada Kayla “
katamu, lalu menarik tanganku dan menggenggamnya. Aku reflek menariknya, aku
tak ingin kamu merasakan degub jantungku.
Aku menggeleng.
Kamu tersenyum, “
Maaf..”
***
Malam itu, Kayla
memakai gaun warna merah maroonnya. Dia nampak lucu dengan bando yang juga
senada dengan bajunya. Dia duduk di sofa ruang tamu, wajahnya tak sabar
menunggu kedatangan papanya. Ya, aku tahu persis Kayla sangat mencintai
papanya.
Tepat pukul
tujuh, Mas Rudi datang. Kayla berlari ke arahnya, dan memeluk mas Rudi. Aku menitikkan
air mata. Sementara wanita yang sejak kedatangannya berdiri dibelakang mas Rudi
tersenyum kearahku, ya mungkin dia harus bersabar dan memulai terbiasa berbagi
cinta dengan Kayla. Bukankah Dia mencintai lelaki yang sama?
Pic : diambil dari google.com ( search pic love tumblr )
jempol
BalasHapus