Ada beberapa cara untuk mencintaimu, dalam diam salah
satunya -- @perihujan_
Pagi.
Datang paling awal adalah rutinitas di kampus. Sebenarnya agak
malas memaksakan diri berangkat pagi-pagi, seharusnya kebiasaan ini sudah berubah
sejak aku menanggalkan seragam putih
abu-abu ku. Tetapi Ayah, tak
pernah rela aku meninggalkan rutinitasku.
Maka, setiap pagi aku duduk di taman ini. Menunggu kuliah
pagiku dimulai, pukul tujuh sementara sejak pukul setengah tujuh aku sudah
sampai di kampus ini. Hfft.
Haruskah rasa ini diberi nama?
Sebenarnya aku tak sendiri, ada Dia yang setiap pagi
menemaniku. Sayangnya, Dia terlalu angkuh untuk sekedar duduk bersebelahan
denganku. Dari buku-buku yang ia bawa, sepertinya Dia anak Akuntansi. Dari
pengamatanku Dia berbeda dengan anak Akuntansi umumnya, tas ransel hitam,
sepatu kets, dan head set yang menyumpal telinganya membuatnya berbeda dengan cewek
ekonomi umumnya dan Akuntansi pada khususnya. Mungkin Dia alien yang terdampar
di fakultas feminim ini, sama sepertiku.
Aku menamai Dia, Flamboyan. Karena tidak mungkin aku
memanggilnya Mawar nama itu terlalu feminim untuknya. Ahahaha.
Bukan hanya taman fakultas tempat aku dengan nyaman melihat
Flamboyan ku. Sudut Perpustakaan pusat lantai tiga adalah tempat favoritenya,
selain itu Pusat Data Bisnis fakultas juga tempatnya mengisi waktu luang,
serius berdiskusi dengan Bu Yuli kepala PDB adalah kegiatan favoritenya. Seperti
siang ini aku lagi-lagi bertemu dengannya di Perpustakaan Pusat.
Dia sedang asyik entah sedang mengerjakan apa, buku berbagai
jdul menumpuk di mejanya. Dia bolak-balik menyisiri Rak buku yang berderet
tentang Akuntansi. Beberapa kali aku melihatnya dari balik kaca mataku. Dia itu
cewek yang manis, rambutnya yang panjang dikuncir seadanya. Dan aku selalu
menyukai cover laptopnya One Piece. Jarang
sekali aku menemui cewek yang menyukai Anime tersebut. Flamboyan memang
berbeda.
Handphoneku berkedip, sms dari Yanti. Membacanya sekilas, back to reality Yanti menungguku di
Fakultas. Yanti adalah realita, sementara Flamboyan adalah mimpi. Yeah.
Aku membereskan buku-buku yang tadi kubaca, meletakkannya
pada Meja ‘selesai dibaca’. Aku berjalan melewati mejanya dan,
Brukk..
“Sorry, aku gak lihat jalan..” kataku cepat, lalu membantu yang
kutabrak membereskan buku-bukunya. Aku mendongak. Dheg, Dia Flamboyanku.
“Nope” jawabnya singkat.
Aku menyerahkan buku terakhirnya. Dia menerimanya, tersenyum
dan berlalu.
Duh, kenapa aku jadi gugup?
Sekali lagi aku melihat ke arahnya, Flamboyan kembali
tenggelam dalam buku-bukunya. Apakah sebegitu sepi hidupnya?.
Pic : www.google.com
Komentar
Posting Komentar