Karena yang pergi belum tentu ingin kembali.
Aku jatuh cinta padanya sejak pertama kali melihatnya panik mencari kunci rumahnya. Kunci dengan gantungan dari kain flanel berbentuk Dinosaurus. Melihatnya berkeliling di area parkir Gramedia Basuki Rahmad, mencari kunci rumahnya.
Aku mendekatinya.
“Kamu mencari ini?” kataku menyodorkan kunci dengan gantungan kunci berbentuk Dinosaurus. Ia yang duduk jongkok, mendongak ke arahku. Matanya berbinar, bahagia.
“Iya! Kok tahu? Ketemu di mana? Aaak...makasih ya.”
Aku tersenyum, “Tadi kamu menjatuhkannya di sini, aku sengaja menunggumu di sini. Hehehe.”
“Oh,”
“Rizky,” kataku, mengulurkan tangan ke arahnya.
Ia memandang tanganku, “Disty,” sambutnya.
Setelah ia menyambut uluran tanganku, ia pamit. Mungkin merasa aneh begitu ia tahu aku sengaja menunggunya kembali ke area parkir untuk mencari kunci alih-alih memanggilnya. Aku memandang punggungnya menjauh, aku melihatnya berjalan ke arah warung waralaba milik Ronald itu.
Aku tersenyum, dan sengaja mengikutinya.
...
Disty meletakkan tas di samping kursi yang kosong. Meletakkan Iced Coffee dan kentang goreng di meja. Ia membuka tas belanjanya, lalu melepas segel salah satu komik yang ia beli di Gramedia tadi.
“Boleh duduk di sini?”
Disty mendongak dan melihat ke pemilik suara tersebut. Ia ingin menolak, namun mengingat berkat laki-laki itu kunci rumahnya berhasil ditemukan ia pun tak kuasa menolaknya.
“Boleh.”
Rizky, menarik kursi di depan Disty dan meletakkan Iced Coffee dan kentang goreng di meja.
“Suka Miiko juga?,” tanyanya.
“Oh, iya.”
Dan tidak butuh waktu lama, komik Miiko yang Disty baca tergeletak di meja. Disty lebih suka mendengarkan Rizky bercerita. Tentang banyak hal.
Kini Disty menyesalinya, seandainya ia tidak pernah mengijinkan Rizky duduk di kursi itu mungkin ia tidak perlu merasakan kecewa seperti sekarang.
Komentar
Posting Komentar