Langsung ke konten utama

Keluarga Itu...

Saya tinggal terpisah dengan orang tua sejak lulus dari SMA. Alasan studi membuat saya harus meninggalkan kota kelahiran, yang artinya saya pun harus berpisah dengan orang tua. Kehidupan merantau membuat saya belajar tentang banyak hal, salah satunya belajar untuk lebih mandiri dan menerima orang lain. Saya termasuk orang yang sulit untuk memulai komunikasi dengan orang lain. Lebih suka menghabiskan waktu sendiri, daripada harus mengobrol bersama orang lain. 

Semenjak merantau karena urusan belajar dan pekerjaan, saya mulai belajar untuk membuka diri. Salah satunya belajar untuk menerima kehadiran orang lain. Saya sadar, tidak selamanya hal remeh dapat saya lakukan sendiri. Meskipun ego saya sering berontak ‘halah masalah gini aja, gampang!’ Tapi semua berubah saat saya sakit untuk pertama kalinya di rantau, membuat saya berpikir ‘Loh, ternyata saya butuh orang lain juga ya?’. Sakit membuat saya tidak dapat melakukan apapun, termasuk untuk sekadar membeli makan. Pergi ke dokter pun akhirnya saya butuh bantuan teman kos. Sejak itu saya tahu, saya tidak pernah bisa hidup sendiri. Untuk hidup saya butuh orang lain. Suka atau tidak.

Memulai untuk menyapa adalah awal mula saya berusaha dekat bersama mereka meskipun canggung saya tetap berusaha. Dari sana saya belajar untuk lebih banyak mendengar, iya kemampuan komunikasi saya memang buruk. Sifat egois dan hanya ingin dimengerti tanpa berusaha untuk memahami orang lain inilah yang semakin memperburuk keadaan saya. Maka tidak heran jika beberapa orang menganggap saya sombong.  Tapi, karena terpaksa akhirnya harus melakukannya juga. Motivasi saya saat itu hanya satu, kalau sakit dan harus pergi ke dokter sendirian itu menyakitkan, walaupun sebenarnya tidak masalah jika saya merepotkan orang tua merengek buat diantarkan toh saya tidak memilih itu.

Hubungan jarak jauh dengan keluarga seringkali membuat saya terkena sindrom kangen. Tiba-tiba mellow dan menangis. Jika sudah seperti itu tak jarang beberapa teman datang menghibur. Sekadar ngajak makan, piknik hore atau menemani ngobrol. Jika bersama teman wanita tidak jarang kami ngepoin online shop, sekadar mencari barang lucu. Sekarang saya tahu, aktivitas belanja online pun bisa menjadi hiburan menyenangkan bersama mereka.

Jauh bersama orang tua pun membuat saya sadar, keluarga itu tidak hanya terdiri dari Ayah, Ibu dan Kakak saja. Keluarga itu bisa jadi adalah teman kos, teman kantor dan teman diskusi. Keluarga tidak harus ada ikatan darah. Mereka yang selalu ada untuk kita pun adalah saudara kita. Mereka yang melukiskan senyum dan menghapus air mata pun adalah keluarga kita. Jadi perkenalkan, ini adalah keluarga saya.

Mereka adalah keluarga | pic: Winda Carmelita

Malang, 21 Oktober 2016

Komentar

  1. merantau adalah kesempatan untuk menambah teman, sahabat, relasi bahkan urusan jodh bisa bertemu di tanah rantau

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berlibur ke Malang Selama 24 Jam? Berikut Tempat yang Wajib Kamu Kunjungi

Kota Malang memang penuh daya tarik maka tidak heran jika setiap hari selalu saja wisatawan yang datang untuk berkunjung ke kota ini. Malang memang berbeda, meskipun di beberapa tempat mulai macet tidak mengurungkan niat pecintanya untuk berkunjung. Jika kamu berniat berkunjung ke kota Malang hanya sehari, itenary ini bisa menjadi pertimbangan buatmu. Yuk, mari! 06.00 – 07.30, Jalan Kawi Mengisi perut dengan sajian khas kota Malang bisa menjadi alternatif buat kamu. Salah satu yang khas dari kota Malang adalah Pecel Kawi, yang berada di Jalan Kawi. Jika kamu tidak seberapa suka Pecel, di sepanjang jalan Kawi banyak kuliner lainnya. Lokasinya pun masih satu tempat dengan Pecel Kawi, ada Nasi Buk Madura, Widuri yang menyediakan masakan campur, dan Nasi Krawu. 08.00-10.00, Alun-Alun Puas dengan sarapan khas kota Malang. Kamu bisa mencari angkot LG menuju arah pusat kota. Ada Alun-alun, dan Tugu 0 kilometer di bawah jembatan penyebrangan. Tidak perlu khawatir, di alun-alun...

Apa yang Harus Kamu Lakukan Selama 24 Jam di Jogja?

Seminggu yang lalu tanggal 27 Februari 2016, saya bersama salah satu teman saya Wenny melakukan tantangan 24 jam di Jogja. Sebenarnya kami tidak berdua, karena salah satu teman kami ketinggalan kereta maka tantangan #Jogja24Jam pun kami lakukan hanya berdua saja. Kami ke Jogja berbekal tiket promo dari Promo Imlek KAI Februari lalu. Rangkaian Malioboro Expres membawa kami dari Stasiun Kota Malang pukul 20.15 hari sabtu. Rangkaian kereta kami cukup lengang, mungkin peak season sudah lewat ya? Dan kami pun memilih liburan setelah liburan panjang. Jadi sepanjang perjalanan seperti menyewa kereta  Pukul 04.20 kami sampai di Stasiun Tugu, rencananya kami berniat ke Tugu buat foto-foto tapi urung kami lakukan. Kami pun menuju ke penginapan, buat numpang mandi dan istirahat sebentar. Mandi sudah, isi baterai handphone pun sudah. Oia, kami menginap di daerah Dagen meski agak kecewa dengan kamar yang kami pesan, tapi lumayan untuk membuat kami tidak terlalu terlihat kumal. Berikut it...

Hari Bersama Sheila On 7, Pengalaman Pertama Nonton Konser

Tanggal 22 September 2016 adalah hari bersejarah buat saya. Bukan, saya tidak mendapat promosi jabatan atau Partner akhirnya melamar saya. Tapi pada tanggal tersebut saya berkesempatan untuk nonton konser. Yeay! Umur yang hampir menginjak angka 30, baru kali ini saya menonton konser. Hahaha. Norak? Iya, biarin. Yeay..foto dulu sebelum nonton konser | c: @perihujan_ Berawal dari rasa kecewa karena batal ke Jakarta, akhirnya saya menerima ajakan teman untuk nonton konser Sheila On 7 di Graha Cakrawala UM pada tanggal 22 September kemarin. Saya datang ke konser tanpa ekspektasi apa pun. Hanya saja sepanjang hari, di kantor saya memutar lagu-lagu Sheila On 7 sekedar mengingat lagu-lagu mereka kembali. Yeah, saya memang agak buruk soal musik. Selain suara sumbang saya, enggak ada yang dapat saya banggakan dari pengetahuan musik saya. Jika menurut jadwal acara, Sheila On 7 seharusnya mulai naik panggung pukul 9 malam. Tapi nyatanya hingga hampir pukul 10 malam, Duta dan g...