Menulis untuk jiwa/copyright rawpixel.com
Writing is medicine. It is an appropriate antidote to injury. It is an appropriate companion for any difficult change - Julia Cameron.
Menulis bagiku adalah obat. Menuangkan keluh, mencatat mimpi, hingga mematik harapan. Itulah alasan kenapa aku banting setir untuk berkarir di media. Harapannya sih, seru kali ya menulis terus dapat duit. Meskipun pas terjun kerja di media, ternyata pekerjaanku bukan menulis seperti yang di catatan-catatan yang pernah kutuliskan.
Aku menulis untuk orang lain.
Maka journaling adalah obat buatku. Saat aku tidak bisa menulis tentang hal-hal yang sensitif, menuliskan di buku jurnalku membuatku merasa tenang. Menulis untuk memberi makan jiwa aku menyebutnya.
Biasanya setiap pagi sebelum memulai aktivitas aku menuliskan banyak hal di lembaran jurnalku. Hal random seperti enak mana tahu atau tempe, hingga seserius mengapa semakin ke sini hal-hal yang disebut ‘pertanda’ itu semakin jelas. Menuliskan hal itu semua membuatku tenang, lebih merasa ringan memulai hari. Pikiran yang kusut sedikit terurai dari coretan yang kutuangkan dalam jurnal. Di kemudian hari aku tahu istilah keren untuk kegiatan itu adalah morning pages.
Menulis untuk jiwa itu menyenangkan. Enggak peduli berapa KPI yang harus dicapai, siapa yang membaca, dan aturan EBI. Semenyenangkan itu dan memang itu yang sedang kucari akhir-akhir ini.
Saat dunia makin berisik menulis menjadi pilihanku. Seperti saat ini.
Komentar
Posting Komentar