Saya tinggal terpisah dengan orang tua sejak lulus dari SMA. Alasan studi membuat saya harus meninggalkan kota kelahiran, yang artinya saya pun harus berpisah dengan orang tua. Kehidupan merantau membuat saya belajar tentang banyak hal, salah satunya belajar untuk lebih mandiri dan menerima orang lain. Saya termasuk orang yang sulit untuk memulai komunikasi dengan orang lain. Lebih suka menghabiskan waktu sendiri, daripada harus mengobrol bersama orang lain.
Semenjak merantau karena urusan belajar dan pekerjaan, saya mulai belajar untuk membuka diri. Salah satunya belajar untuk menerima kehadiran orang lain. Saya sadar, tidak selamanya hal remeh dapat saya lakukan sendiri. Meskipun ego saya sering berontak ‘halah masalah gini aja, gampang!’ Tapi semua berubah saat saya sakit untuk pertama kalinya di rantau, membuat saya berpikir ‘Loh, ternyata saya butuh orang lain juga ya?’. Sakit membuat saya tidak dapat melakukan apapun, termasuk untuk sekadar membeli makan. Pergi ke dokter pun akhirnya saya butuh bantuan teman kos. Sejak itu saya tahu, saya tidak pernah bisa hidup sendiri. Untuk hidup saya butuh orang lain. Suka atau tidak.
Memulai untuk menyapa adalah awal mula saya berusaha dekat bersama mereka meskipun canggung saya tetap berusaha. Dari sana saya belajar untuk lebih banyak mendengar, iya kemampuan komunikasi saya memang buruk. Sifat egois dan hanya ingin dimengerti tanpa berusaha untuk memahami orang lain inilah yang semakin memperburuk keadaan saya. Maka tidak heran jika beberapa orang menganggap saya sombong. Tapi, karena terpaksa akhirnya harus melakukannya juga. Motivasi saya saat itu hanya satu, kalau sakit dan harus pergi ke dokter sendirian itu menyakitkan, walaupun sebenarnya tidak masalah jika saya merepotkan orang tua merengek buat diantarkan toh saya tidak memilih itu.
Hubungan jarak jauh dengan keluarga seringkali membuat saya terkena sindrom kangen. Tiba-tiba mellow dan menangis. Jika sudah seperti itu tak jarang beberapa teman datang menghibur. Sekadar ngajak makan, piknik hore atau menemani ngobrol. Jika bersama teman wanita tidak jarang kami ngepoin online shop, sekadar mencari barang lucu. Sekarang saya tahu, aktivitas belanja online pun bisa menjadi hiburan menyenangkan bersama mereka.
Jauh bersama orang tua pun membuat saya sadar, keluarga itu tidak hanya terdiri dari Ayah, Ibu dan Kakak saja. Keluarga itu bisa jadi adalah teman kos, teman kantor dan teman diskusi. Keluarga tidak harus ada ikatan darah. Mereka yang selalu ada untuk kita pun adalah saudara kita. Mereka yang melukiskan senyum dan menghapus air mata pun adalah keluarga kita. Jadi perkenalkan, ini adalah keluarga saya.
Mereka adalah keluarga | pic: Winda Carmelita |
Malang, 21 Oktober 2016
merantau adalah kesempatan untuk menambah teman, sahabat, relasi bahkan urusan jodh bisa bertemu di tanah rantau
BalasHapus