Langsung ke konten utama

(Akhir) Maret.

Hari ini dia berjanji untuk mewujudkan mimpi yang selama ini menguap di dinding dan udara tempat kita mengadu rindu --
Aku sedang memutar-mutar kotak persegi berwarna merah maroon itu malam ini, katamu warna yang menandakan adanya diriku. Kamu tahu, hari ini adalah penghujung Maret yang dua minggu lalu kau katakan adalah hari dimana segala keraguan tentang apa yang kita sebut cinta akan berakhir. Katamu, hari ini adalah bukti tak ada yang sia-sia dari sebuah cinta.
Seharusnya kamu tahu, aku telah banyak belajar dari segala hal dan bentuk kehilangan itu. Seharusnya kamu pun tahu betapa lelahnya aku mencari pembenaran atas kata cinta. Saat Tuhan memilih kita untuk bertemu pada satu lintasan takdir, aku tahu Tuhan menjawab segala doaku. Kamu.
Dan kini, ketika semua berbeda kamu yang tiba-tiba pergi menyadarkanku satu hal. Mungkin benar, yang menjadi jodoh kita bukanlah orang yang benar-benar kita cintai. Karena kamu pun tahu, kamu pergi saat tepat aku jatuh cinta padamu, tepat saat aku memutuskan untuk berhenti melihat masa lalu. Dan lagi-lagi Tuhan bercanda denganku, kamu pergi.
Dua kali Tuhan bercanda begitu terlalu padaku.
Dear My Iced Coffee, aku tahu menangis tak akan membawa kembali hidup. Tapi aku mohon, untuk malam ini saja biarkan aku bermain-main dengan segala kenangan tentangmu. 
Hari ini seharusnya cincin itu kau lingkarkan di jari manisku. Hei, My Iced Coffee till the end You'll my favorite what if.

Dedicated to My Iced Coffee
Adrian, 08-10-1984 sd 19-03-2014.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lima Tahun Lalu Itu 2019

    2019 itu lima tahun yang lalu. Aku tersenyum membaca pesan dari dia. Ternyata sudah lima tahun kami tidak saling menyapa, meskipun update kehidupannya masih melintas di linimasa akun linkedin-ku.  Lima tahun lalu namanya selalu muncul pertama kali di notifikasi whatsApp-ku. Dulu, kami pernah meyakini bahwa jarak hanya satuan untuk orang lemah. Dan akhirnya, kami menjadi bagian orang lemah itu. Kata orang akan selalu ada kesempatan kedua untuk hal yang terlewatkan. Tinggal kita mau atau tidak. Menganggap itu kesempatan atau hanya sekadar pembuktian semata. Dan ia pun menyapaku kembali setelah lima tahun berlalu. Kamu akhirnya ke Jepang ya? Gimana, seru? Menyebalkan sekali pertanyaannya, karena akhirnya aku tahu ia tak pernah berubah. Ia tetap melihatku, sementara aku hanya tahu dari update linkedin-nya. Menandakan dia ‘hidup’. Bagian menyebalkan lainnya aku melewatkan masa lima tahun itu, tapi ia tetap melihatku bertumbuh. Ia tahu aku mengeluhkan banyak hal, ia juga ta...

Berlibur ke Malang Selama 24 Jam? Berikut Tempat yang Wajib Kamu Kunjungi

Kota Malang memang penuh daya tarik maka tidak heran jika setiap hari selalu saja wisatawan yang datang untuk berkunjung ke kota ini. Malang memang berbeda, meskipun di beberapa tempat mulai macet tidak mengurungkan niat pecintanya untuk berkunjung. Jika kamu berniat berkunjung ke kota Malang hanya sehari, itenary ini bisa menjadi pertimbangan buatmu. Yuk, mari! 06.00 – 07.30, Jalan Kawi Mengisi perut dengan sajian khas kota Malang bisa menjadi alternatif buat kamu. Salah satu yang khas dari kota Malang adalah Pecel Kawi, yang berada di Jalan Kawi. Jika kamu tidak seberapa suka Pecel, di sepanjang jalan Kawi banyak kuliner lainnya. Lokasinya pun masih satu tempat dengan Pecel Kawi, ada Nasi Buk Madura, Widuri yang menyediakan masakan campur, dan Nasi Krawu. 08.00-10.00, Alun-Alun Puas dengan sarapan khas kota Malang. Kamu bisa mencari angkot LG menuju arah pusat kota. Ada Alun-alun, dan Tugu 0 kilometer di bawah jembatan penyebrangan. Tidak perlu khawatir, di alun-alun...

Morning Pages

Menulis untuk jiwa/copyright  rawpixel.com   Writing is medicine. It is an appropriate antidote to injury. It is an appropriate companion for any difficult change - Julia Cameron. Menulis bagiku adalah obat. Menuangkan keluh, mencatat mimpi, hingga mematik harapan. Itulah alasan kenapa aku banting setir untuk berkarir di media. Harapannya sih, seru kali ya menulis terus dapat duit. Meskipun pas terjun kerja di media, ternyata pekerjaanku bukan menulis seperti yang di catatan-catatan yang pernah kutuliskan. Aku menulis untuk orang lain. Maka journaling adalah obat buatku. Saat aku tidak bisa menulis tentang hal-hal yang sensitif, menuliskan di buku jurnalku membuatku merasa tenang. Menulis untuk memberi makan jiwa aku menyebutnya. Biasanya setiap pagi sebelum memulai aktivitas aku menuliskan banyak hal di lembaran jurnalku. Hal random seperti enak mana tahu atau tempe, hingga seserius mengapa semakin ke sini hal-hal yang disebut ‘pertanda’ itu semakin jelas. Menuliskan hal itu ...