Saya sedang menyesapi gelas terakhir kopi saya. Yeah, sebulan ini saya kecanduan minum kopi. Ada saja alasan yang menjadi pembenaran atas kebiasaan baru saya ini. Yang setahu saya tidak terlalu baik untuk kesehatan lambung saya.
Sebulan ini dalam sehari saya dapat menghabiskan 2 gelas kopi, belom lagi kalau lagi nyatroni Alfamart maka satu botol Kopiko 78 bakal jadi sajen saya :))
Entah ini pelarian atau saya memang sedang mengejar apa yang saya sendiri tak tahu apa yang tengah saya cari. Saya hanya merasa kosong.
Sejak memutuskan untuk berhenti dan deactivate akun @perihujan_ saya kehilangan selera. Segalanya serba apatis. Mungkin ini yang namanya patah hati. Dan saya pun tak tahu siapa yang harus saya minta pertanggungjawabannya atas hati yang begitu tega ia patahkan.
Kecewa.
Iya, mungkin saya hanya kecewa. Orang selama ini saya percaya untuk saya titipkan sebagian hidup saya begitu tega meninggalkan saya. Membiarkan saya sibuk berasumsi, mencari pembenaran meski pada akhirnya kenyataan 'buruk' yang saya harapkan dapat ia sampaikan sendiri harus saya ketahui dari orang lain.
Patah Hati.
Menghapus, menepi, mengasingkan diri berharap Tuhan tak lagi membuat kebetulan yang mempertemukan saya lagi dengannya. Meskipun takdir kembali mempertemukan kami nantinya, saya hanya ingin saat itu tangan saya mampu menjabatnya dengan erat dan berkata, "Terima kasih untuk semua."
Untuk kamu yang menghilang, terima kasih telah mematahkan hati saya.
Salam hangat,
Ayu.
Sebulan ini dalam sehari saya dapat menghabiskan 2 gelas kopi, belom lagi kalau lagi nyatroni Alfamart maka satu botol Kopiko 78 bakal jadi sajen saya :))
Entah ini pelarian atau saya memang sedang mengejar apa yang saya sendiri tak tahu apa yang tengah saya cari. Saya hanya merasa kosong.
Sejak memutuskan untuk berhenti dan deactivate akun @perihujan_ saya kehilangan selera. Segalanya serba apatis. Mungkin ini yang namanya patah hati. Dan saya pun tak tahu siapa yang harus saya minta pertanggungjawabannya atas hati yang begitu tega ia patahkan.
Kecewa.
Iya, mungkin saya hanya kecewa. Orang selama ini saya percaya untuk saya titipkan sebagian hidup saya begitu tega meninggalkan saya. Membiarkan saya sibuk berasumsi, mencari pembenaran meski pada akhirnya kenyataan 'buruk' yang saya harapkan dapat ia sampaikan sendiri harus saya ketahui dari orang lain.
Patah Hati.
Menghapus, menepi, mengasingkan diri berharap Tuhan tak lagi membuat kebetulan yang mempertemukan saya lagi dengannya. Meskipun takdir kembali mempertemukan kami nantinya, saya hanya ingin saat itu tangan saya mampu menjabatnya dengan erat dan berkata, "Terima kasih untuk semua."
Untuk kamu yang menghilang, terima kasih telah mematahkan hati saya.
Salam hangat,
Ayu.
Komentar
Posting Komentar