Langsung ke konten utama

Flamboyan (R) --- 4




 Ada beberapa cara untuk mencintaimu, dalam diam salah satunya -- @perihujan_

Pagi.
Datang paling awal adalah rutinitas di kampus. Sebenarnya agak malas memaksakan diri berangkat pagi-pagi, seharusnya kebiasaan ini sudah berubah sejak aku menanggalkan seragam putih abu-abu ku. Tetapi Ayah, tak pernah rela aku meninggalkan rutinitasku.
Maka, setiap pagi aku duduk di taman ini. Menunggu kuliah pagiku dimulai, pukul tujuh sementara sejak pukul setengah tujuh aku sudah sampai di kampus ini. Hfft.
Haruskah rasa ini diberi nama?
Sebenarnya aku tak sendiri, ada Dia yang setiap pagi menemaniku. Sayangnya, Dia terlalu angkuh untuk sekedar duduk bersebelahan denganku. Dari buku-buku yang ia bawa, sepertinya Dia anak Akuntansi. Dari pengamatanku Dia berbeda dengan anak Akuntansi umumnya, tas ransel hitam, sepatu kets, dan head set yang menyumpal telinganya membuatnya berbeda dengan cewek ekonomi umumnya dan Akuntansi pada khususnya. Mungkin Dia alien yang terdampar di fakultas feminim ini, sama sepertiku.
Aku menamai Dia, Flamboyan. Karena tidak mungkin aku memanggilnya Mawar nama itu terlalu feminim untuknya. Ahahaha.
Bukan hanya taman fakultas tempat aku dengan nyaman melihat Flamboyan ku. Sudut Perpustakaan pusat lantai tiga adalah tempat favoritenya, selain itu Pusat Data Bisnis fakultas juga tempatnya mengisi waktu luang, serius berdiskusi dengan Bu Yuli kepala PDB adalah kegiatan favoritenya. Seperti siang ini aku lagi-lagi bertemu dengannya di Perpustakaan Pusat.
Dia sedang asyik entah sedang mengerjakan apa, buku berbagai jdul menumpuk di mejanya. Dia bolak-balik menyisiri Rak buku yang berderet tentang Akuntansi. Beberapa kali aku melihatnya dari balik kaca mataku. Dia itu cewek yang manis, rambutnya yang panjang dikuncir seadanya. Dan aku selalu menyukai cover laptopnya One Piece. Jarang sekali aku menemui cewek yang menyukai Anime tersebut. Flamboyan memang berbeda.
Handphoneku berkedip, sms dari Yanti. Membacanya sekilas, back to reality Yanti menungguku di Fakultas. Yanti adalah realita, sementara Flamboyan adalah mimpi. Yeah.
Aku membereskan buku-buku yang tadi kubaca, meletakkannya pada Meja ‘selesai dibaca’. Aku berjalan melewati mejanya dan,
Brukk..
“Sorry, aku gak lihat jalan..” kataku cepat, lalu membantu yang kutabrak membereskan buku-bukunya. Aku mendongak. Dheg, Dia Flamboyanku.
“Nope” jawabnya singkat.
Aku menyerahkan buku terakhirnya. Dia menerimanya, tersenyum dan berlalu.
Duh, kenapa aku jadi gugup?
Sekali lagi aku melihat ke arahnya, Flamboyan kembali tenggelam dalam buku-bukunya. Apakah sebegitu sepi hidupnya?.

Pic : www.google.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lima Tahun Lalu Itu 2019

    2019 itu lima tahun yang lalu. Aku tersenyum membaca pesan dari dia. Ternyata sudah lima tahun kami tidak saling menyapa, meskipun update kehidupannya masih melintas di linimasa akun linkedin-ku.  Lima tahun lalu namanya selalu muncul pertama kali di notifikasi whatsApp-ku. Dulu, kami pernah meyakini bahwa jarak hanya satuan untuk orang lemah. Dan akhirnya, kami menjadi bagian orang lemah itu. Kata orang akan selalu ada kesempatan kedua untuk hal yang terlewatkan. Tinggal kita mau atau tidak. Menganggap itu kesempatan atau hanya sekadar pembuktian semata. Dan ia pun menyapaku kembali setelah lima tahun berlalu. Kamu akhirnya ke Jepang ya? Gimana, seru? Menyebalkan sekali pertanyaannya, karena akhirnya aku tahu ia tak pernah berubah. Ia tetap melihatku, sementara aku hanya tahu dari update linkedin-nya. Menandakan dia ‘hidup’. Bagian menyebalkan lainnya aku melewatkan masa lima tahun itu, tapi ia tetap melihatku bertumbuh. Ia tahu aku mengeluhkan banyak hal, ia juga ta...

Berlibur ke Malang Selama 24 Jam? Berikut Tempat yang Wajib Kamu Kunjungi

Kota Malang memang penuh daya tarik maka tidak heran jika setiap hari selalu saja wisatawan yang datang untuk berkunjung ke kota ini. Malang memang berbeda, meskipun di beberapa tempat mulai macet tidak mengurungkan niat pecintanya untuk berkunjung. Jika kamu berniat berkunjung ke kota Malang hanya sehari, itenary ini bisa menjadi pertimbangan buatmu. Yuk, mari! 06.00 – 07.30, Jalan Kawi Mengisi perut dengan sajian khas kota Malang bisa menjadi alternatif buat kamu. Salah satu yang khas dari kota Malang adalah Pecel Kawi, yang berada di Jalan Kawi. Jika kamu tidak seberapa suka Pecel, di sepanjang jalan Kawi banyak kuliner lainnya. Lokasinya pun masih satu tempat dengan Pecel Kawi, ada Nasi Buk Madura, Widuri yang menyediakan masakan campur, dan Nasi Krawu. 08.00-10.00, Alun-Alun Puas dengan sarapan khas kota Malang. Kamu bisa mencari angkot LG menuju arah pusat kota. Ada Alun-alun, dan Tugu 0 kilometer di bawah jembatan penyebrangan. Tidak perlu khawatir, di alun-alun...

Morning Pages

Menulis untuk jiwa/copyright  rawpixel.com   Writing is medicine. It is an appropriate antidote to injury. It is an appropriate companion for any difficult change - Julia Cameron. Menulis bagiku adalah obat. Menuangkan keluh, mencatat mimpi, hingga mematik harapan. Itulah alasan kenapa aku banting setir untuk berkarir di media. Harapannya sih, seru kali ya menulis terus dapat duit. Meskipun pas terjun kerja di media, ternyata pekerjaanku bukan menulis seperti yang di catatan-catatan yang pernah kutuliskan. Aku menulis untuk orang lain. Maka journaling adalah obat buatku. Saat aku tidak bisa menulis tentang hal-hal yang sensitif, menuliskan di buku jurnalku membuatku merasa tenang. Menulis untuk memberi makan jiwa aku menyebutnya. Biasanya setiap pagi sebelum memulai aktivitas aku menuliskan banyak hal di lembaran jurnalku. Hal random seperti enak mana tahu atau tempe, hingga seserius mengapa semakin ke sini hal-hal yang disebut ‘pertanda’ itu semakin jelas. Menuliskan hal itu ...