Aku
tak setabah yang kamu kira, percayalah aku masih sama seperti gadismu dulu. Rapuh,
yang berpura-pura tegar @perihujan_
Aku menyodorkan mangkuk berisi sereal coklat, menu sarapan kegemaran
Kayla kearahnya. Matanya masih merah, sisa tangisnya masih begitu jelas. Aku yakin
ia semalaman menangis.
“ Nanti mama gak bisa menjemput kamu latihan balet. Kamu pulangnya
ikut jemputan ya? “ kataku pelan, sambil memotong roti bakarku menjadi beberapa
bagian. Kayla tak menjawab, mulutnya bungkam. Aku tahu dia kecewa, dia marah.
Maafkan mama, Kayla.
Semalam adalah peretngkaran terhebat kami. Dan sampai detik ini aku
masih dirudung penyesalan. Membuat bidadariku menangis. Tapi, Kayla harus
mengerti bahwa semua keinginannya tak harus terwujud. Ia harus belajar kecewa.
***
“ Ma, tanggal 14 nanti kelas Kayla ada belajar bersama orang tua.
Kayla ingin mama dan papa datang. Bisa kan? “ ucapnya takut-takut.
“ Tidak “ kataku singkat.
“ Kenapa? “ protesnya.
“ Papa sibuk. Biar mama saja yang datang “ Kataku tanpa mengalihkan
pandangan dari layar laptop.
“ Bukan sibuk. Pasti karena gak boleh sama mama, ya kan? “ runtuknya.
“ Kayla, dengar mama..papa sibuk “ bentakku.
“ Mama jahat. Mama gak pernah tanya keinginan Kayla. Mama egois. Mama gak
mau lagi tinggal sama mama, Kayla mau tinggal sama papa “ Kayla berontak,
matanya membendung tangis.
“ Kayla... “ suaraku tercekat.
“ Mama egois..” teriak Kayla. Lalu meninggalkanku sendiri. Berlari,
dan membanting pintu. Kesal.
Aku mengusap wajahku. Air mata yang sejak tadi kutahan runtuh juga. Air
mata yang berusaha kusembunyikan sejak Kayla menyebut kata papa.
Maafkan mama, Kayla.
Sejak perpisahan itu aku terlalu cuek kepada Kayla. Meski usia Kayla
baru genap empat tahun ia begitu memahami perpisahanku dan Mas Rudi. Tapi aku
tahu Kayla memendam luka. Aku tahu dia merindukan keluarga utuhnya. Bukannya aku
tak ingin memanjakannya, mewujudkan semua keinginannya. Tapi keadaanku berbeda
dengan dulu, sayapku hanya sebelah.
Dan sejak mengetahui kedekatan Mas Rudi dengan Ailya ada yang ngilu di
ulu hatiku. Cemburu? Mungkin saja, dan setelah dua tahun berpisah aku masih
berusaha untuk membiasakan diri tanpa dia. Membiasakan tanpa perdepatan kecil
dengannya. Yang sering dan terlampau sering diam-diam kurindukan.
Aku tak boleh kalah dengan kenangan. Aku harus berjuang, demi Kayla. Aku
menatap ke arah pintu kamar Kayla, senyap.
Maafkan mama, Kayla.
Dan untuk kesekian kalinya aku menangis.
***
Aku melihat dari sudut mataku. Sereal itu masih belum disentuh oleh
Kayla. Ia masih menunduk. Mulutnya bungkam. Aku meraih tangannya.
“ Maafkan mama Kayla, mama akan berusaha menghubungi papa. Kayla harus
berdoa semoga papa gak sibuk, sehingga papa bisa datang “
Kayla masih menunduk.
“ Kayla mau kan memaafkan mama? “ tanyaku hati-hati.
Kayla menarik tangannya, mundur.
Aku sontak kaget.
Kayla berlari memelukku, “ seharusnya Kayla yang minta maaf. Sudah bikin
mama nangis semalam. Kayla janji gak akan egois. Mama jangan nangis lagi ya? “
katanya terbata, beradu dengan tangisnya.
“ Iya mama janji “ kataku, dan memeluk Kayla erat dan mengusap
kepalanya lembut.
Mama akan lebih kuat Kayla, percayalah.
Gambar diambil dari google.com
mantep
BalasHapusterima kasih mas :)
BalasHapus