Langsung ke konten utama

Satu Malam di Sudut Houtend Hand

Chocorado | Pic : by Kopilovie

Apa yang kamu pikirkan tentang hubungan dari sepasang mantan kekasih? Mereka sering bertemu, tertawa dan berdiskusi layaknya karib tanpa peduli mereka dulu adalah sepasang kekasih. Seakan tak peduli dengan masa lalunya, mereka sering bertemu, sobekan tiket nonton tidak terhitung lagi bahkan tak terhitung berapa kali mereka bercakap berdua seperti layaknya sepasang kekasih di sudut kafe favorite mereka. 

Maka, seperti itulah kami duduk di sini. Menyesap coklat hangat yang disajikan oleh Barista di kafe langganan kami sejak 4 tahun lalu, Houtend Hand.

“Jadi, apa yang ingin kamu katakan padaku Koh?” tanyaku, sambil mengambil marsmellow yang ada di cangkir coklatku. Kebiasaanku saat menikmati Chocorado, minuman favoriteku saat di sini.

“Kamu serius ingin mendengarnya sekarang?” katanya sambil mencondongkan wajahnya ke arahku. Ia tahu, suara angin dan deru kendaraan cukup jelas terdengar dari lantai dua Hautend Hand. Sudut favorite kami berdua.

Aku merenggut kesal. “Kamu pikir, aku rela dijemput malam-malam begini dan duduk di sini untuk apa?, yang pasti bukan untuk mendengarkan permainan tebak katamu Koh.”

Dia tertawa. Aku merenggut kesal, melempar kentang goreng ke arahnya. Reflek dia menghindar. Lemparanku tidak berhasil mengenainya, yang membuat aku semakin kesal.

“Ya, baiklah aku akan berkata serius,” tangannya meraihku. Aku sedikit terkejut, sudah lama aku tidak pernah melihatnya seserius ini. Dan untuk apa dia menggenggam tanganku seperti ini. Tak urung, jantungku berdegub kencang.

“Aku akan menikah...”

“Me..nikah?” ulangku.

“Iya,”

“Lalu..”

Apa maksudnya ini? Dia tidak sedang akan melamarku bukan? Bukankah dia tahu hubunganku dengannya tidak akan pernah mulus. Bukankah restu itu tidak akan pernah ada. Apakah dia lupa alasan mengapa kami berpisah.

“Iya, Me. Aku akan menikah awal tahun ini. Minggu depan seluruh keluargaku akan datang melamarnya. Kamu masih ingat dengan Talita bukan? Rasanya tidak percaya aku akan menikah dengannya.”

Hatiku mencolos. Dia menikah dan itu dengan wanita lain. Bukan denganku. Hei, sadarlah Ayumi dia sudah tidak mencintaimu lagi. Bukankah kamu juga berjanji sudah move on dari Lie?
Aku tersenyum.

“Selamat ya.”

Dia tersenyum, lalu melepas genggamannya.

“Aku masih tidak percaya Me,” ulangnya.

Pertemuan ini tidak seperti biasanya. Jika biasanya aku yang banyak bercerita, malam ini justru ia yang banyak bercerita. Bagaimana akhirnya ia memutuskan untuk memilih Talita dan rasa-rasanya semua berjalan lebih mudah.

“Kamu masih ingat nggak Me, dengan apa yang kamu katakan dulu tentang jodoh?,”

“Apa?”

“Jika jodoh ia akan berjalan lancar dan tanpa hambatan. Jika tidak, pasti ada saja hambatannya. Kamu masih percaya dengan ungkapan itu?,” tanyanya.

Aku tertawa.

“Menurutmu?”

Ia hanya tersenyum. Di sisa pertemuan kami malam itu, aku hanya mendengarkan ia bercerita sesekali menimpali dan berusaha menyembunyikan air mata yang memaksa keluar. Entah aku merasa bahwa aku akan kehilangannya untuk selamanya.

Seperti biasa ia mengantarkanku kembali ke rumah kosku. Sebelum aku turun dari mobil dia menahanku.

“Me, kamu enggak papa kan?” tanyanya khawatir. Aku tahu dia membaca perubahan air mukaku. Sejak dulu aku sulit membohongi perasaanku padanya.

Aku menggeleng, “gak papa”

Aku melambaikan tangan dan mengucapkan hati-hati saat dia pergi meninggalkanku di depan pintu gerbang kosku. Aku melihat mobilnya yang menjauh, dan menghilang dari pandanganku. Aku menarik napas panjang. Aku merasa ada sebagian diriku yang menghilang. Sepi.

Aku meraih handphoneku. Membuka Phone Book, mencari namanya. Tanganku berhenti mencari saat namanya muncul di layar handphoneku.

Are you sure to delete Koko Chan?

Klik, ok.

Karena aku tahu, sejak ia memutuskan menikah maka tidak akan pernah ada lagi pertemuan berikutnya. Meskipun aku penasaran, apakah ia benar-benar bahagia dengan pilihannya.

“Bahagialah, Koh.”

Malang, 11 Januari 2017

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berlibur ke Malang Selama 24 Jam? Berikut Tempat yang Wajib Kamu Kunjungi

Kota Malang memang penuh daya tarik maka tidak heran jika setiap hari selalu saja wisatawan yang datang untuk berkunjung ke kota ini. Malang memang berbeda, meskipun di beberapa tempat mulai macet tidak mengurungkan niat pecintanya untuk berkunjung. Jika kamu berniat berkunjung ke kota Malang hanya sehari, itenary ini bisa menjadi pertimbangan buatmu. Yuk, mari! 06.00 – 07.30, Jalan Kawi Mengisi perut dengan sajian khas kota Malang bisa menjadi alternatif buat kamu. Salah satu yang khas dari kota Malang adalah Pecel Kawi, yang berada di Jalan Kawi. Jika kamu tidak seberapa suka Pecel, di sepanjang jalan Kawi banyak kuliner lainnya. Lokasinya pun masih satu tempat dengan Pecel Kawi, ada Nasi Buk Madura, Widuri yang menyediakan masakan campur, dan Nasi Krawu. 08.00-10.00, Alun-Alun Puas dengan sarapan khas kota Malang. Kamu bisa mencari angkot LG menuju arah pusat kota. Ada Alun-alun, dan Tugu 0 kilometer di bawah jembatan penyebrangan. Tidak perlu khawatir, di alun-alun...

Apa yang Harus Kamu Lakukan Selama 24 Jam di Jogja?

Seminggu yang lalu tanggal 27 Februari 2016, saya bersama salah satu teman saya Wenny melakukan tantangan 24 jam di Jogja. Sebenarnya kami tidak berdua, karena salah satu teman kami ketinggalan kereta maka tantangan #Jogja24Jam pun kami lakukan hanya berdua saja. Kami ke Jogja berbekal tiket promo dari Promo Imlek KAI Februari lalu. Rangkaian Malioboro Expres membawa kami dari Stasiun Kota Malang pukul 20.15 hari sabtu. Rangkaian kereta kami cukup lengang, mungkin peak season sudah lewat ya? Dan kami pun memilih liburan setelah liburan panjang. Jadi sepanjang perjalanan seperti menyewa kereta  Pukul 04.20 kami sampai di Stasiun Tugu, rencananya kami berniat ke Tugu buat foto-foto tapi urung kami lakukan. Kami pun menuju ke penginapan, buat numpang mandi dan istirahat sebentar. Mandi sudah, isi baterai handphone pun sudah. Oia, kami menginap di daerah Dagen meski agak kecewa dengan kamar yang kami pesan, tapi lumayan untuk membuat kami tidak terlalu terlihat kumal. Berikut it...

Hari Bersama Sheila On 7, Pengalaman Pertama Nonton Konser

Tanggal 22 September 2016 adalah hari bersejarah buat saya. Bukan, saya tidak mendapat promosi jabatan atau Partner akhirnya melamar saya. Tapi pada tanggal tersebut saya berkesempatan untuk nonton konser. Yeay! Umur yang hampir menginjak angka 30, baru kali ini saya menonton konser. Hahaha. Norak? Iya, biarin. Yeay..foto dulu sebelum nonton konser | c: @perihujan_ Berawal dari rasa kecewa karena batal ke Jakarta, akhirnya saya menerima ajakan teman untuk nonton konser Sheila On 7 di Graha Cakrawala UM pada tanggal 22 September kemarin. Saya datang ke konser tanpa ekspektasi apa pun. Hanya saja sepanjang hari, di kantor saya memutar lagu-lagu Sheila On 7 sekedar mengingat lagu-lagu mereka kembali. Yeah, saya memang agak buruk soal musik. Selain suara sumbang saya, enggak ada yang dapat saya banggakan dari pengetahuan musik saya. Jika menurut jadwal acara, Sheila On 7 seharusnya mulai naik panggung pukul 9 malam. Tapi nyatanya hingga hampir pukul 10 malam, Duta dan g...