Aku merapikan ujung kebaya putih itu. Mengusapnya pelan, aku tersenyum. Hampir tiga bulan aku menyiapkan acara ini. Mendesign kebaya putih ini sendiri, memastikan bahannya sesuai dengan yang aku inginkan. Pesta dengan konsep warna putih. “Ra, bagus ya?” Ucap Talita, yang sejak tadi berdiri di sampingku, mengamatiku. “Iya, sesuai dengan desain yang aku minta. Eh, kamu inginkan.” Kataku, tersenyum. Aku mengambil sepatu dengan manik mutiara, menaruhnya di sisi tempat tidur. Seperti kebaya dan semua yang menjadi printilan dalam perayaan hari ini, kamar ini pun didesaign warna putih. Wangi melati menyeruak di hidungku. Wangi yang aku sukai, pun dengannya. Talita, menarik lenganku. Membimbingku agar aku duduk di sampingnya. “Ra, terima kasih ya.” Aku mengangguk. Mengusap punggung tangannya. “Berbahagialah.” Berbahagialah, agar aku rela melepasnya. Agar aku benar-benar merasa baik-baik saja. Talita memelukku. Aku mengusap punggungnya. “Maafkan aku, Ra.” Aku menga...
Kerena menulis adalah cara terbaik mengabadikan kenangan